TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyinggung soal wacana kenaikan tarif masuk Taman Nasional (TN) Komodo, yang sebelumnya ditunda hingga Januari 2023.
Pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Labuan Bajo, kata dia, menyarankan agar biaya konservasi sebelumnya menjadi dasar kenaikan tarif masuk ke TN Komodo dan dapat menjadi opsi bagi wisatawan.
Selama penundaan kebijakan itu, ia mengaku menampung dan menyaring masukan dari para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di sekitar TN Komodo. "Intinya harapannya agar disiapkan sistem atau skema opsional, bukan mengacu pada sistem yang mewajibkan tapi memberikan opsi atau voluntary base untuk biaya tambahan konservasi," kata Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, Senin, 31 Oktober 2022.
Baca: Sandiaga Targetkan KTT G20 di Bali Sumbang Devisa Pariwisata USD 150 Juta
Artinya, kemungkinan kenaikan tarif masuk TN Komodo tidak diberlakukan kepada seluruh pengunjung, melainkan hanya bersifat sukarela bagi wisatawan yang ingin berkontribusi lebih pada biaya konservasi. Usulan itu, kata Sandiaga, akan segera dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait untuk dikaji.
Sandiaga mengaku mendengar langsung kabar bahwa para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di TN Komodo belum mendapat pesanan dari wisatawan setelah tanggal 1 Januari 2023.
"Ini harus dikaji dan disosialisasikan masih ada waktu dua bulan, tapi kita ingin para pelaku parekraf mantap bahwa paket yang ditawarkan ini adalah paket yang sesuai dengan kekuatan pasar, buying power dari pasar," tuturnya. Sebab, ada ancaman resesi dan perlambatan ekonomi pada tahun depan, sehingga perlu antisipasi agar kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo tidak terpengaruh.
Sandiaga berjanji akan segera mendiskusikannya dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Daerah, dan pengelola TN Komodo.
Direktur Utama Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina juga mengaku telah mendengarkan aspirasi dari para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Labuan Bajo. Ia mengklaim sebagian besar merekomendasikan untuk mempertimbangkan kembali kenaikan tarif TN Komodo. Rekomendasi lainnya adalah pembuatan sistem opsional, sehingga wisatawan dapat memilih berkontribusi lebih untuk biaya konservasi atau tidak.
"Karena kaitannya melihat hingga tahun depan ini masih banyak calon wisatawan yang ragu untuk memutuskan datang ke Labuan Bajo," ujar Shana.
Ia berujar asosiasi, komunitas, maupun pelaku industri dan masyarakat meminta agar dibuat skema opsional sehingga perekonomian di sana bisa bangkit dahulu, pulih dari pandemi. Jadi, kemungkinan kenaikan tarif TN Komodo tidak bersifat wajib bagi seluruh wisatawan, melainkan hanya bersifat opsional.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Sandiaga Targetkan Kunjungan Wisatawan ke Labuan Bajo Capai 1,5 juta Per Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini