TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo meningkat hingga 1,5 juta wisatawan per tahun. Untuk itu, ia memastikan pengembangan dan penataan kawasan serta infrastruktur di Labuan Bajo dapat sepenuhnya selesai pada 2024.
Ia berujar pengembangan pariwisata di Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi super prioritas dilakukan untuk menghadirkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
"Airport telah kita bangun, fasilitas juga sudah kita siapkan dan ini adalah investasi awal," tuturnya dalam Weekly Press Briefing secara virtual, Senin, 31 Oktober 2022.
Baca: Sandiaga Targetkan KTT G20 di Bali Sumbang Devisa Pariwisata USD 150 Juta
Untuk penataan kawasan Labuan Bajo, ia mengatakan investasi senilai Rp4 triliun lebih sudah dikucurkan. Adapun penataan yang dilakukan sejak tahun 2020 tersebut meliputi bandara, pelabuhan peti kemas, pelabuhan pariwisata, waterfront, homestay, pengembangan SDM, produk ekonomi kreatif, hingga pagelaran.
Pada momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15 hingga 16 November 2022, pemerintah membuka penerbangan langsung internasional dari Singapura, Australia, serta Kuala Lumpur ke Labuan Bajo. Sandiaga memperkirakan Labuan Bajo akan menjadi destinasi MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) unggulan. Ia berencana mengembangkan yacht tourism juga wisata minat khusus.
Sandiaga sempat mengunjungi Labuan Bajo bersama Menteri Kesehatan Singapura Mr. Ong Ye Kung. "Ia baru pertama kali ke sana dan sangat terkesima dengan indahnya dan unique selling point dari Labuan Bajo. Ini menjadi potensi destinasi wisata terbaik bukan hanya di Indonesia dan Asia Tenggara, tapi juga dunia," kata Sandiaga.
Sandiaga menuturkan Labuan Bajo akan menjadi destinasi circular economy, serta pengembangan pariwisata hijau dan ekowisata dengan energi baru dan terbarukan.
Adapun terkait tarif masuk TN Komodo, pemerintah tetap memutuskan untuk menunda kebijakan itu hingga Januari 2023. "Intinya harapannya agar disiapkan sistem atau skema opsional, bukan mengacu pada sistem yang mewajibkan tapi memberikan opsi atau voluntary base untuk biaya tambahan konservasi," katanya.
Sandiaga berjanji segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk dapat mengkaji soal kenaikan tarif itu. Dia mengaku mendengar langsung dari pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Labuan Bajo bahwa mereka belum mendapat pesanan dari wisatawan setelah tanggal 1 Januari 2023.
"Ini harus dikaji dan disosialisasikan masih ada waktu dua bulan, tapi kita ingin para pelaku parekraf mantap bahwa paket yang ditawarkan ini adalah paket yang sesuai dengan kekuatan pasar, buying power dari pasar," ucapnya.
Ancaman resesi tahun depan dan perlambatan ekonomi, kata dia, harus diantisipasi agar tidak mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo. Ia juga berjanji akan berdiskusi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta di Pemerintah Daerah dan pengelola Taman Nasional Komodo.
Sementara Direktur Utama Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina mengklaim sebagian besar pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Labuan Bajo telah merekomendasikan kenaikan tarif TN Komodo dan kemudian bisa dibuat sistem opsional. Wisatawan, tuturnya, dapat memilih untuk berkontribusi lebih untuk biaya konservasi atau tidak.
"Karena kaitannya melihat hingga tahun depan ini masih banyak calon wisatawan yang ragu untuk memutuskan datang ke Labuan Bajo," kata Shana. Sehingga pariwisata di Labuan Bajo bisa terlebih dahulu dari pandemi. Jadi, tidak menutup kemungkinan kenaikan tarif untuk konservasi diterapkan tetapi tidak bersifat wajib bagi pengunjung alias hanya opsional.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Sandiaga Pastikan Bandara Labuan Bajo Segera Buka Penerbangan Rute Singapura dan Australia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini