TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memprediksi inflasi Oktober 2022 bakal mencapai 0,07 persen secara bulanan atau 5,83 persen secara year on year. Ia mengatakan inflasi yang masih cukup tinggi ini disebabkan oleh beberapa faktor.
“Efek kenaikan harga BBM, transportasi, kenaikan harga beras, tempe, serta rokok mempengaruhi nilai inflasi yang hampir mencapai angka 6 persen,” ucap Bhima ketika dihubungi oleh Tempo pada Senin, 31 Oktober 2022.
Bhima mengatakan pemerintah perlu memperhatikan dampak kenaikan harga pangan karena faktor penyesuaian biaya logistik. Imbas kenaikan harga bensin bersubsidi terhadap inflasi ini disinyalir masih akan dirasakan dalam beberapa bulan ke depan.
Selain pangan, Bhima menuturkan pemerintah dan Bank Indonesia harus melakukan antisipasi kenaikan harga selama Natal dan tahun baru. Ia memperkirakan para pelaku usaha akan mengerek biaya bahan baku akibat pelemahan kurs rupiah kepada konsumen sepanjang akhir tahun.
“Imported inflation bisa jadi PR utama pengendalian inflasi. Inflasi november hingga desember masih berisiko naik,” ucapnya.
Baca: Rupiah Melemah ke 15.498 per Dolar AS Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI, Dipicu Faktor Apa Saja?
Di sisi lain, Bhima mengingatkan adanya ancaman ketidakstabilan harga komoditas. Jika terjadi resesi global, permintaan komoditas dapat berangsur turun karena permintaan bahan baku turut melambat.
Dengan demikian, Bhima mengatakan pemerintah harus menyiapkan skenario untuk mendongkrak laju ekspor dari produk yang bernilai tambah. “Juga membantu pelaku usaha mencari pasar-pasar ekspor alternatif dan sebagian jika bisa diserap ke pasar dalam negeri maka perlu pengaturan soal impor barang jadi,” tuturnya.
Untuk industri dengan kebutuhan bahan baku impor yang tinggi, Bhima menyebut pemerintah bisa menyediakan fasilitas substitusi bahan baku lokal. Upaya tersebut sekaligus mengantisipasi pelemahan kurs rupiah yang berpengaruh terhadap tambahan biaya bahan baku impor ke pelaku usaha.
Bhima melanjutkan, tekanan inflasi bisa mereda ketika faktor pelemahan kurs rupiah, perang Ukraina, ancaman krisis pangan, dan harga minyak mulai turun. Saat ini, harga minyak bumi yang diperdagangkan di dunia untuk Brent masih US$ 94 per barel atau naik 11,7 persen secara year on year.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca: Rupiah Hari Ini Diprediksi Bakal Menguat ke Level 15.540 per Dolar AS
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini