TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menekankan hilirisasi sumber daya alam merupakan salah satu agenda utama pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Pemerintah berharap hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah untuk industri sektor primer yang berorientasi pada ekspor barang.
"Dengan transformasi ini, partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global akan meningkat,” ucap Bahlil di depan mahasiswa Indonesia di Inggris seperti dalam keterangan tertulis, Jumat, 28 Oktober 2021.
Bahlil mencontohkan hilirisasi nikel sebagai komoditas yang berpeluang sangat strategis di pasar global. Menurutnya, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan porsi mencapai 23,7 persen. Sehingga, hilirisasi nikel, seperti sel baterai, menjadi produk turunan berbasis teknologi. Produk turunan ini akan memberikan nilai tambah komoditas sebesar 68 kali lipat.
Dengan hilirisasi tersebut, tuturnya, Indonesia akan menjadi negara pengekspor komoditas bernilai tambah tinggi. Musababnya, sel baterai merupakan komponen utama pada mobil listrik. Ia yakin hilirisasi nikel bisa mendorong Indonesia menjadi pusat produksi mobil listrik dunia pada masa depan.
Bahlil membeberkan sejumlah rencana investasi baterai listrik di Indonesia yang melibatkan sejumlah perusahaan raksasa dunia, layaknya LG, CATL, Foxconn, dan British Volt. Nilai investasi LG mencapai US$ 9,8 miliar, sementara investasi CATL menembus US$ 5,2 miliar, Foxconn US$ 2 8 miliar, dan British Volt US$ 2 miliar.
Baca juga: Jokowi Bakal Larang Ekspor Timah, Bahlil: Banyak yang Tak Setuju, tapi Aku Tahu Pemainnya
Meski perekonomian global dibayang-bayangi resesi, ia optimistis target realisasi investasi pada 2022 sebesar Rp 1.200 triliun akan tercapai. Untuk menangkap peluang-peluang ini, Bahlil kemudian menyambangi Inggris guna mengajak investor menyuntikan modalnya di Indonesia.
Bahlil menemui Menteri Investasi Inggris Lord Grimstone di sela-sela kegiatan World Economic Forum 2022 di Davos pada Mei 2022. Indonesia dan Inggris bekerja sama dalam tiga sektor prioritas, yaitu energi baru terbarukan, industri hilirisasi tambang nikel, dan industri kesehatan.
“Meski perekonomian Inggris sedang mengalami pelambatan, namun masih banyak peluang investasi yang dapat kita jajaki,” kata dia.
Di samping itu, Bahlil menyampaikan pentingnya kebijakan hilirisasi di dalam negeri, seperti larangan ekspor nikel mentah yang telah diterapkan pemerintah dalam 5 tahun terakhir. Ia menilai Indonesia telah berhasil memaksa industri dalam negeri melakukan hilirisasi. Bahlil merujuk pada ekspor produk turunan nikel yang meningkat tujuh kali lipat selama empat tahun terakhir, dari US$ 3,3 miliar pada 2017 menjadi US$ 20,9 miliar pada 2021.
Ia meyakini ke depannya, dibutuhkan terobosan kebijakan yang lebih berani untuk mendukung proses industrialisasi, khususnya untuk hilirisasi industri di dalam negeri. Menurut Bahlil, perlu ada intervensi aktif dari pemerintah, seperti subsidi ekspor untuk sektor strategis, proteksi dengan pajak impor yang tinggi, kewajiban melibatkan produsen dalam negeri, dan pembatasan kepemilikan asing.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca juga: Xi Jinping Pimpin 3 Periode, Bahlil Prediksi Hubungan Investasi RI-Cina Kian Mesra