TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menanggapi penyataan pemerintah Uganda yang mengaku memiliki cadangan emas lebih dari 320 ribu ton. Klaim Uganda akan mempengaruhi psikologi pasar yang membuat harga emas akan turun.
Menurutnya hasil eksplorasi Uganda tersebut masih berupa cadangan dan proyeksi sehingga belum terbukti atau belum menjadi emas yang siap dijual belikan. "Efeknya lebih ke psikologis di pasar emas. Penemuan cadangan emas dalam skala besar bisa menurunkan harga emas," tuturnya saat dihubungi Tempo pada Ahad, 23 Oktober 2022.
Ia memperkirakan pasokan emas dunia akan naik. Terlebih di tengah ancaman resesi ini, banyak investor yang lebih tertarik membeli dolar Amerika Serikat sebagai safe haven. Artinya, investor cenderung memilih jenis investasi yang diharapkan nilainya tetap bertahan atau meningkat di tengah turbulensi di pasar.
Baca: Mengenal Pegadaian Tabungan Emas, Kini Sudah Ada Layanan Digitalnya
Bhima merujuk pada data RTI, harga emas di pasar spot turun sebesar 12,4 persen dalam enam bulan terakhir. Nilainya menjadi US$ 1.657 per ons. Sementara pada saat puncak pandemi di 2020, tuturnya, harga emas mencapai US$ 2.069 per ons.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Energi dan Pengembangan Mineral Uganda, Solomon Muyita mengatakan kepada Reuters bahwa negaranya memiliki 320.158 ton emas olahan dapat diekstraksi dari 31 juta ton bijih.
Selanjutnya: Cina Bangun Pabrik Emas di Uganda
Total jumlah emas tersebut berdasarkan hasil eksplorasi udara yang dua tahun terakhir di seluruh negeri dan diikuti oleh survei dan analisis geofisika dan geokimia.