TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia pada perdagangan Jumat malam atau Sabtu pagi waktu Indonesia naik. Harga acuan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terkerek 54 sen atau 0,6 persen ke level US$ 85,05 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan harga acuan minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember naik US$ 1,12 atau 1,2 persen. Harga minyak ditutuo di posisi US$ 93,50 per barel di London ICE Futures Exchange. Selama sesi perdagangan, kedua harga acuan sempat turun lebih dari satu dolar.
Sementara itu secara mingguan, WTI turun 0,7 persen dan Brent naik 2,0 persen. Naiknya harga minyak pada perdagangan akhir pekan terjadi karena peningkatan permintaan dari Cina dan pelemahan dolar Amerika. Pasar khawatir terjadap penurunan ekonomi global dan dampaknya ke kenaikan suku bunga.
Baca juga: Menengok Penyebab Harga Minyak Dunia Melambung, Diprediksi Tembus USD 100
Adapun para pedagang menilai harga minyak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global dan pengurangan produksi besar-besaran. Awal bulan ini, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, menyatakan akan memangkas kuota produksi.
"Terperangkap antara kekhawatiran permintaan di satu sisi dan pasokan yang ketat di sisi lain, harga minyak kemungkinan akan bergerak di kisan yang ketat," tutur seorang analis energi di Commerzbank Research, Jumat, 21 Oktober.
Harga minyak juga mendapat dukungan setelah Beijing mempertimbangkan untuk memotong periode karantina bagi pengunjung menjadi tujuh hari dari 10 hari. Sebeljumnya, Cina sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, telah menerapkan pembatasan ketat Covid-19 tahun ini. Kondisi tersebut dianggap sangat membebani aktivitas bisnis dan ekonomi serta mengurangi permintaan bahan bakar.
ANTARA
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Permintaan Impor BBM dari Cina Tertekan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.