Kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, atau Fed Funds Rate, kata Perry, juga kemungkinan akan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang. Ini akan mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Adapun kinerja investasi portofolio pada kuartal II pada tahun 2022 telah tercatat defisit sebesar US$ 400 juta. Ini disebabkan investasi portofolio di sisi kewajiban yang membukukan arus masuk neto atau net inflow sebesar US$ 700 juta.
Sementara itu, dari sisi aset, penduduk Indonesia tercatat melakukan pembelian neto surat berharga di luar negeri atau net outflow sebesar US$ 1,2 miliar. Investasi portofolio sisi kewajiban sektor publik mencatat aliran keluar neto dana asing sebesar US$ 3 miliar.
Investor asing pada periode itu tercatat melakukan penjualan neto surat utang negara atau SUN berdenominasi Rupiah sebesar US$ 5,2 miliar. Dengan demikian, kepemilikan asing pada instrumen SUN Rupiah turun dari kuartal I pada tahun 2022 US$ 58 miliar menjadi US$ 50,7 miliar.
Baca juga: Indeks Dolar Turun Tapi Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI: Lebih Baik dari India, Malaysia, Thailand
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini