TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai penyaluran kredit perbankan terhadap para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih sangat kecil. Sedangkan kredit yang digelontorkan ke sektor korporasi malah mendominasi dari total pinjaman.
Padahal, dia menganggap, sejak masa krisis 1998, hingga krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 seperti saat ini, UMKM masih menjadi juru selamat bagi perekonomian Indonesia. Sebab, jumlah unit usaha di Indonesia 99,7 persennya adalah UMKM, kontribusinya ke total ekonomi Indonesia 61 persen, dan terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen.
"Padahal waktu Ibu Pertiwi menangis pada tahun 1998 hampir semua pengusaha-pengusaha besar, konglomerat, melarikan diri, bahkan sebagian memailitkan diri. Tapi yang menjaga benteng ekonomi Indonesia adalah UMKM," kata Bahlil dalam acara Pemberian Nomor Induk Berusaha kepada Pelaku UMK Perseorangan di Graha Jalapuspita, Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2022.
Baca: Bahlil Kritik Bank Dunia 2 Tahun Tak Terbitkan Ease of Doing Business: Kemasukan Hantu
Ia menilai selama ini perbankan tidak adil dalam menyalurkan kredit. "Ini biar kalian tahu juga perbankan ini himpun uang dari masyarakat tapi penyalurannya tidak fair ke UMKM," ucapnya.
Bahlil mengatakan, di tengah besarnya peranan UMKM di Indonesia itu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen hingga saat ini, tapi para pengusaha kecil itu masih kesulitan mendapatkan pembiayaan dari perbankan untuk naik kelas menjadi perusahaan besar.
"Kredit lending kita di Indonesia, saya enggak tahu sekarang ya, tapi 2021 itu Rp 6.000 triliun lebih. Kredit yang dibawa keluar Rp 300 triliun, sekitar Rp 5.700 triliun. Tahu enggak UMKM, berapa? Tidak lebih dari Rp 1.127 triliun, hanya 18-19 persennya," ujar Bahlil.
Selanjutnya: Jokowi minta tahun depan proporsi kredit ke UMKM mencapai 24 persen.