TEMPO.CO, Jakarta - Nilai ekspor Indonesia pada September 2022 turun menjadi US$ 24,80 miliar atau 10,99 persen ketimbang Agustus. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan penurunan ini mengikuti pola pelemahan ekspor bulanan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Zulkifli melanjutkan, melorotnya nilai ekspor secara bulanan pada disebabkan oleh turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar global. "Ditambah turunnya ekspor produk unggulan Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Ia menyebutkan beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami kontraksi pada September 2022 dibanding Agustus. Antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) turun 31,91 persen; tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 31,05 persen; pakaian dan aksesorinya (rajutan) (hs 61) turun 30,75 persen; timah dan barang daripadanya (hs 80) turun 25,33 persen; serta pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) turun 18,18 persen.
Sementara itu, produk utama ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi pada September 2022, yakni bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 29,07 persen; kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 4,79 persen; pulp dari kayu (HS 47) naik 3,84 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) naik 2,23 persen; dan plastik dan barang dari plastik (HS 39) naik 1,37 persen.
“Angka ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) di September 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah," kata dia.
Baca juga: Mendag Zulhas: RI Buka Pasar Ekspor Baru ke Asia Selatan hingga Eropa Timur
Negara utama yang menjadi tujuan ekspor kendaraan dan bagiannya adalah Filipina, Vietnam dan Thailand. Menurut Zulkifli, potensi ekspor kendaraan dan bagiannya dapat dijadikan sumber utama penguatan ekspor di saat menurunnya harga komoditas dan transformasi ekspor ke sektor manufaktur.
Adapun secara keseluruhan total ekspor pada September 2022 didorong oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 10,31 persen MoM dan ekspor migas yang turun 21,41 persen MoM. Meski ekspor September 2022 turun secara bulanan, ujarnya, secara tahunan (YoY) ekspor mengalami peningkatan sebesar 20,28 persen. Pertumbuhan ekspor disebabkan oleh kenaikan ekspor migas sebesar 41,80 persen dan ekspor nonmigas yang tumbuh sebesar 19,26 persen YoY.
Cina, Amerika Serikat, dan Jepang, kata dia, masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada September 2022. Total ekspor nonmigas ketiga negara itu mencapai US$ 10,37 miliar. Nilai kontribusinya pun mencapai 44,17 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.
Sementara itu, pasar utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada September 2022 secara bulanan adalah Bangladesh dengan kenaikan 39,22 persen. Kemudian, diikuti Polandia yang naik 30,83 persen; Spanyol naik 20,00 persen; Jerman naik 15,86 persen; dan Filipina naik 5,50 persen.
Di antara sepuluh negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada September 2022, hanya Filipina yang mengalami peningkatan secara bulanan. Pendukung utamanya ialah kenaikan ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) yang meningkat 15,80 persen secara bulanan dan bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang nilainya cukup tinggi.
Selama periode Januari hingga September 2022, total nilai ekspor tercatat US$ 219,35 miliar atau meningkat 33,49 persen ketimbang periode tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik sebesar 33,21 persen yoy menjadi US$ 207,19 miliar. Ditambah ekspor sektor migas yang naik 38,56 persen yoy menjadi US$ 12,16 miliar.
“Kementerian Perdagangan optimis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir sehingga ekspor nonmigas tahun ini diharapkan dapat mencatat rekor tertinggi,” kata Zulkifli Hasan.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca juga: Mendag Zulhas: RI Buka Pasar Ekspor Baru ke Asia Selatan hingga Eropa Timur
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini