TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada Rabu, 19 Oktober, melemah 14 poin ke level Rp 15.478 per dolar Amerika. Sebelumnya, mata uang garuda ditutup di posisi Rp 15.464 pada Selasa sore.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak fuktuatif. "Namun ditutup melemah di rentang Rp 15.440 hingga Rp 15.490 per dolar AS," kata Ibrahim dalam keterangannya seperti dikutip pada Rabu, 19 Oktober.
Seiring dengan loyonya rupiah, dolar pun mengalami pelemahan. Ibrahim mengatakan bank sentral Amerika, The Federal Reserve, telah mengisyaratkan suku bunga akan kembali naik.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Masih Lesu Darah, Ditutup Melemah di Level 15.487
Ini menandakan kenaikan suku bunga adalah yang tertinggi ketimbang krisis keuangan 2008. Suku bunga The Fed dikerek bersamaan dengan memburuknya prospek ekonomi. “Pasar memperkirakan kemungkinan hampir 100 persen The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November, kenaikan ketiga berturut-turut,” ucap Ibrahim,
Ibrahim menyebut pelemahan dolar juga terjadi setelah menteri keuangan baru Inggris membuang sebagian besar “anggaran mini” pemerintah. Sedangkan pendapatan yang lebih baik dari yang diharapkan dari Bank of America membantu meningkatkan selera risiko.
Sementara itu, Cina baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak berniat menghapus kebijakan nol-Covid-19. Padahal kebijakan ini sangat mengganggu aktivitas manufaktur sepanjang 2022. Praktis, kata Ibrahim, langkah itu menimbulkan lebih banyak ketidakpastian atas masa depan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
ANTARA | RIRI RAHAYU
Baca juga: Menengok Penyebab Harga Minyak Dunia Melambung, Diprediksi Tembus USD 100
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sin