Tingkat kebocoran angin itu, menurut dia, sudah sangat buruk. Saat dilakukan pemeriksaan saat pengisian tabu angin, dia mengatakan lama waktu angin terisi penuh adalah 14 menit 79 detik. Padahal, idealnya hanya 4-6 menit.
Jika solenoid truk itu dilepas, Wildan mengatakan, waktu pengisian tabung angin truk tangki Pertamina untuk menjalankan sistem pengereman dan kopling 6 menit. Padahal, mekanisme yang digunakan sama, yaitu sejak tabung angin kosong dan truk dinyalakan dalam kondisi idle.
Saat diuji mengenai rem yang tidak pakem, Wildan menjelaskan, KNKT menemukan indikator permasalahan rem di dashboard pengemudi yang sebetulnya telah menyala. Ini menandakan sensor reservoir minyak rem bermasalah atau travel stroke tidak terpenuhi. Namun, ketika truk di starter tanpa tuas rem diinjak, lampu indikator permasalahan rem sudah menyala.
Dengan demikian, indikator permasalahan rem ini berasal dari travel stroke yang tidak terpenuhi. Saat diperiksa, terbukti travel stroke antara kampas rem dan tromol rem truk tangki sebesar 2,6 milimeter. Idealnya hanya sebesar 0,4-0,8 milimeter.
"Saat trevel stok ini tidak terpenuhi risikonya ada dua, pertama pengemudi merasakan enggak pakem remnya, karena terlalu jauh dia hanya nempel sedikit, kedua dia akan boros buang angin karena tenaga yang dibutuhkan kampas untuk mencapai tromol jadi lebih jauh dan ini sudah kita buktikan," kata Wildan.
"Jadi seharusnya setiap mekanink memeriksa kendaraan sebelum berangkat jangan sampai travel stroke nya juga terlalu jauh karena ini berbahaya," ucap Wildan, mengimbuhkan.
Baca juga: Polisi Selidiki Kelayakan Truk Tangki Pertamina dalam Kecelakaan di Cibubur
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini