TEMPO.CO, Jakarta - Empat saham bank digital kompak melemah di tengah reli kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Meski begitu, kinerja keuangan keempat bank tersebut tercatat tumbu cukup baik ketimbang periode serupa tahun lalu.
Empat saham bank digital yang dimaksud adalah PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Bila ditilik dari kinerja sahamnya, saham Bank Jago pada pembukaan perdagangan hari ini terpantau melemah. Saham ARTO turun 6,27 persen dan berada di level 4.710.Sementara itu, saham BBYB juga melemah 5,33 persen, dan terparkir di posisi 710.
Baca: Bos Bank Jago Beberkan Resep Balikkan Rugi jadi Laba Semester I 2022
Berikutnya, anak usaha Bank Rakyat Indonesia yaitu saham AGRO melemah 3,69 persen dan berada di posisi 470. Sedangkan saham BBHI jeblok 66,37 persen dalam enam bulan terakhir. Jika per April 2022, harga saham BBHI mencapai Rp 6.500 per saham, pada hari ini saham tersebut ambrol ke Rp 1.560.
Dengan ambrolnya kinerja saham-saham tersebut, bagaimana investor menyikapinya? Bagaimana sebenarnya kinerja tiap saham bank digital itu? Simak penjelasannya berikut ini.
Kinerja ARTO
Hingga akhir Agustus 2022, Bank Jago sudah menggelontorkan total kredit senilai Rp 7,44 triliun. Angka ini termasuk pembiayaan syariah. Nilai total kredit bank yang dimiliki oleh Jerry Ng itu tumbuh 133,83 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank terebut mencapai Rp 7,33 triliun, atau meroket 288,5 persen yoy. Bila dilihat dari bunga bersih yang dibukukan Bank Jago sebesar Rp 859 miliar. Angka itu melonjak 247 persen yoy.
Sementara itu, beban operasional perusahaan mencapai Rp 815 miliar atau naik 182,98 persen yoy. Secara keseluruhan, laba tahun berjalan Bank Jago pada akhir Agustus lalu mencapai Rp 36 miliar atau berbalik dari keadaan dari rugi Rp 43 miliar Agustus 2021.
Kinerja BBYB
Bank Neo Commerce per Agustus 2022 telah menyalurkan kredit Rp 8,44 triliun. Angka ini tumbuh 114,28 persen yoy. Selain itu, Bank Neo Commerce juga mencatat pertumbuhan DPK 95,55 persen yoy menjadi Rp 11,97 triliun pada saat itu.
Selanjutnya: Walau bunga bersih tumbuh, beban operasional BBYB melonjak.