TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni, enggan khawatir berlebihan menghadapi ancaman resesi global tahun 2023. Ia lebih memilih untuk tetap optimistis, apalagi di masa krisis moneter 1998 silam, para pengusaha warteg sudah berpengalaman dan bisa melaluinya.
Mukroni mengaku lebih khawatir jika krisis akibat pandemi Covid-19 tak kunjung berakhir. Bahkan, menurut dia, pada krisis tahun 1998 yang lalu belum seberapa dampaknya ketimbang pandemi yang memaksa pembatasan sosial dan akhirnya membuat banyak pedagang warteg gulung tikar.
Dari pengalaman lebih dari dua dekade itulah, kata Mukroni, para pengusaha warteg belajar. Ia pun yakin bisnis kuliner bakal tetap bertahan.
Baca: Sebut Perbankan hingga Pasar Modal Siap Kawal Ekonomi 2023, OJK: Kondisinya Lebih Sehat
Orang-orang tetap akan menjadikan warteg sebagai alternatif konsumsi lantaran harganya yang murah. “Tapi ketika pandemi kan hebat sekali. Hampir semua tutup karena ada pembatasan sosial,” ujar Mukroni ketika dihubungi, Jumat, 14 Oktober 2022.
Oleh karena itu, alih-alih takut pada ancaman resesi global, Mukroni justru lebih khawatir dengan ancaman pandemi Covid-19. Ia pun berharap wabah Covid-19 tidak lagi mengganggu kehidupan perekonomian di Indonesia.
“Jika krisis global ini disertai pandemi, tentunya ini sulit dan ancaman berat untuk pedagang warteg,” kata Mukroni. “Dan tentunya kami tidak siap seperti dulu, karena daya beli masyarakat juga sekarang lagi empot-empotan."
Selanjutnya: Jika rupiah terus jeblok, harga elpiji 3 kilogram dikhawatirkan naik.