TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan Indonesia tidak akan terkena resesi pada 2023. Sebelumnya, berbagai lembaga keuangan internasional memperkirakan dunia akan mengalami resesi tahun depan.
"Jadi kalau Bapak atau Ibu yang hadir hari ini lesu, berarti salah mengambil posisi karena Indonesia tidak (akan terkena) resesi (pada 2023)," kata Erick di Jakarta Convention Center, Selasa, 11 Oktober 2022.
Erick optimistis, dari berbagai data indikator ekonomi yang ada, ekonomi Indonesia akan terus tumbuh di kisaran 5 persen sampai 2045. Indonesia juga akan memposisikan diri menjadi negara ekonomi terbesar di dunia.
"Kalau tidak ranking 5, tapi harusnya ranking 4, apalagi middle class kita akan terus tumbuh," kata Erick.
Menurut Erick, ada empat fondasi yang akan menopang perekonomian Indonesia. Pertama, konsistensi Indonesia menjalankan hilirisasi terhadap berbagai produk yang berasal dari sumber daya alam (SDA) diiringi dengan dorongan kemajuan industrialisasi.
Dia berujar, produk SDA yang sekarang terbukti membuahkan hasil dari hiliriasi ialah minyak mentah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit itu kini sudah memiliki 80 turunan produk. Selain itu, nikel menjadi stainless steel maupun batrei mobil listrik. Karena hilirirasi ini, neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus.
Kedua, dia melanjutkan, Indonesia sudah menjadi lumbung pangan dunia. Belum lama ini, Indonesia memasok ayam untuk Singapura.
"Kemarin Singapura kekurangan ayam, Indonesia yang menyelamatkan ketika Malaysia tidak mau memberikan reserve dari kebutuhan ayam. Indonesia adalah negara yg punya kekayaan agrukultur, kelautan," ujar Erick.
Baca juga: Jika Ekonomi Tak Tumbuh 6 Persen, RI Bisa Disalip Filipina dan Vietnam Jadi Negara Maju
Ketiga, kata dia, Indonesia memiliki memiliki angkatan kerja muda yang inovatif sehingga industri kreatif, terutama yang masuk dalam ekonomi digital, terus tumbuh. IIndustri kreatif tersebut membantu pertumbuhan ekonomi nasional.
"Digital ekonomi kita kurang lebih Rp 4.500 triliun, ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara, 40 persen digital ekonomi Asia Tenggara adalah di Indonesia," kata Erick.
Keempat, menurutnya, Indonesia memiliki kekuatan sebagai tempat berkembang biaknya perusahaan rintisan atau startup. Kurang lebih ada 320 startup yang kini kondisi return of investment-nya masih sehat.
"Uang yang kita taruh kembali 2-3 kali. Memang challenge-nya di startup ini banyak yang tumbuh, banyak juga yang tidak berhasil," tutur Erick.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan ekonomi global berisiko mengalami kerugian hingga US$ 4 triliun pada 2026 akibat resesi. IMF telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,9 persen pada 2023 seiring dengan resesi.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan prospek ekonomi global gelap akibat meningkatnya risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan. Setelah Covid-19, dunia menghadapi ancaman krisis karena invasi Rusia ke Ukraina dan bencana lantaran perubahan iklim.
"Kami mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global, dari dunia yang relatif mudah diprediksi ke dunia dengan lebih banyak kerapuhan, ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering dan menghancurkan," katanya seperti dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu.
Baca juga: Risiko Resesi Global Meningkat, Bos IMF: Dukungan Fiskal Harus Tepat Sasaran
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.