TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengaku terkejut dengan keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC+ memangkas produksinya.
Airlangga mengatakan, pemangkasan produksi ini akan membuat harga minyak dunia terus tinggi di atas level US$ 90 per barel. Hal tersebut, menurut dia, jauh dari harapan negara-negara berkembang yang membutuhkan harga minyak dunia stabil rendah supaya bisa mudah diakses.
"Kita dikejutkan keputusan yang diambil OPEC untuk memotong produksi yang membuat harga minyak bertahan di atas US$ 90. Tentu ini counter kebijakan yang diharapkan negara berkembang agar energi bisa berkeadilan dan affordable, tetapi yang diambil sebaliknya," kata Airlangga di Jakarta Convention Center, Selasa, 11 Oktober 2022.
Baca: Harga Emas Antam Hari Ini Jeblok jadi Rp 941.000 per Gram
Airlangga mengatakan, pemangkasan produksi yang otomatis akan membuat harga minyak dunia semakin tinggi ini akan memengaruhi besaran subsidi energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini ditanggung pemerintah akan terus membengkak.
"Ini menjadi catatan bagi Indonesia yang tentunya sangat berpengaruh terhadap subsidi energi di Indonesia. Oleh karena itu sektor keuangan kita tetap harus berhati-hati dan kita perlu mengambil langkah yang ekstrem karena langkah itu perlu kita perhatikan," kata Airlangga.
Sebelumnya, OPEC+, aliansi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia sebelumnya telah menyetujui pengurangan produksi minyak mentah harian sebesar 2 juta barel.
Keputusan tersebut langsung mendapatkan kritik keras dari AS. Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan, keputusan OPEC+ tersebut merupakan tindakan yang tidak pantas dan merugikan ekonomi global yang saat ini tengah dilanda resesi.
Dia menilai, keputusan tersebut berpotensi membuat harga energi menjadi lebih tinggi sehingga menimbulkan ancaman khusus bagi pasar negara berkembang. “Keputusan OPEC+ tidak membantu dan tidak bijaksana,” kata Yellen.
ARRIJAL RACHMAN | BISNIS
Baca juga: OPEC+ Kurangi Produksi 2 Juta Barel Mulai November, Harga Minyak Menanjak ke Level Tertinggi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.