TEMPO.CO, Jakarta -Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang tergabung dalm Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) kini tengah bersusah payah mendapatkan tambahan modal kerja untuk bertahan di tengah masa inflasi tinggi seperti saat ini.
Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Eddy Misero mengatakan kini banyak yang memilih untuk bertahan dengan mencari pinjaman ke perusahaan finansial teknologi atau fintech ketimbang perbankan. Meskipun bunga pinjamannya tinggi.
"Fintech-fintech itu interest-nya tinggi kita tabrak aja, karena memang kita perlukan modal tambahan. Jadi yang diperlukan sekarang bukan interest yang murah, tapi kemudahan mendapat modal," kata Eddy saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa malam, 4 Oktober 2022.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan, tingkat bunga pinjaman fintech lending sebesar 0,4 persen per hari untuk pinjaman multiguna atau konsumtif tenor pendek. Sedangkan pinjaman produktif, bunga sekitar 12-24 persen per tahun.
Adapun untuk di perbankan, kalangan pengusaha UMKM bisa mendapatkan pinjaman modal dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Suku bunga KUR yang ditetapkan rata-rata sebesar 6-7 persen per tahun di bank-bank seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Tapi, dengan besaran bunga yang lebih kecil itu, Eddy mengungkapkan kalangan pengusaha sangat sulit mendapat pinjaman, apalagi yang tidak memiliki sama sekali agunan atau kolateral. Padahal, pemerintah kata dia sudah janji bisa memberikan modal bagi pelaku usaha tanpa harus ada agunan untuk pinjaman tertentu.
"Saya sudah sampaikan malah kayaknya kita berhenti bermimpi pinjam meminjam kalau kita tidak punya kolateral. Nanti kalau kita bermimpi dapat padahal enggak, kita sudah capek nunggu," ujar Eddy.
Di sisi lain, dia juga berharap, walaupun untuk mendapatkan modal kerja saat ini sulit, paling tidak program resktrukturisasi di perpanjang. Sebab, dia mengaku, program restrukturisasi kredit itu sangat membantu neraca keuangan di saat-saat masa sulit, seperti ketidakpastian ekonomi akibat inflasi tinggi saat ini.
"Dan supporting betul-betul, kita didorong serius, pemerintah mendorong para pelaku UMKM kalau kita mau melihat, bermimpi, Indonesia 2045 maju. Ya harus didorong karena UMKM katanya sebagai penggerak ekonomi, kan datanya begitu," kata Eddy.
Baca Juga: Sandiaga: Untuk Menghadapi Resesi, Kita Bertopang kepada UMKM
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini