TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, mengungkapkan bahwa selama ini masih banyak beras selundupan yang masuk ke Indonesia secara ilegal. Adapun negara asal beras selundupan ini umumnya dari wilayah Asia Tenggara, salah satunya dari Vietnam.
“Kalau mau jujur, beras ini ngeri-ngeri sedap. Dibilang cukup (ya) cukup, dibilang kurang (ya) kurang. Di Batam 90 persen (beras) selundupan, dari Vietnam. Saya juga ikut. Kalau nggak ikut, merek saya bisa mati,” ucap Bily Haryanto, salah satu pedagang beras di Cipinang, pada Senin, 3 Oktober 2022.
Pedagang asal Sragen itu menjelaskan tidak ada pengkategorian khusus soal jenis beras yang masuk ke Batam. “Beras apa saja masuk, ngga ada khusus,” ucapnya.
Setelah sampai di Batam, beras akan disalurkan ke beberapa wilayah, seperti ke daerah Jambi. “Jambi ada pelabuhan untuk selundup, Kuala Tungkal namanya. Itu untuk pulau-pulau sekitar," kata Billy.
Namun, untuk daerah pulau Jawa, ia memastikan beras selundupan tidak bisa masuk karena adanya pengawasan ketat oleh pemerintah. "Kalau Jakarta ketat sekali, pasti lapor Presiden. Kalau ke Jawa 1 kilo pun ngga berani mereka, pasti Presiden marah,” ucap Bily. “Untuk pulau-pulau sekitar, Batam, Selat Panjang, Tanjungpinang, Dumai itu sama."
Ia juga mengklaim terdapat sekitar 500 ton beras impor selundupan yang bisa masuk ke Pelabuhan Batam setiap harinya. Terkait harga beras itu sendiri, harga beras disebut lebih murah Rp 2.000 per kilogram. “Bedanya jauh, murah," ucapnya.
Pernyataan Billy bertolak belakang dengan klaim Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal Indonesia sudah tidak pernah impor beras selama tiga tahun berturut-turut. Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa Indonesia masih mengimpor beras hingga data terakhir pada 2021.
Selanjutnya: BPS sebelumnya mencatat beras impor yang masuk untuk kebutuhan industri.