TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memamerkan capaian pemerintah menekan impor Jagung yang dulunya mencapai 3,5 juta ton jagung setiap tahun. Dalam tuhuh tahun terakhir, impor jagung anjlok menjadi 800 ribu ton saja per tahun.
"Saya kagum," kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini dalam acara peluncuran Gerakan Kemitraan Eksklusif untuk UMKM Naik Kelas di Gedung SMESCO, Jakarta, Senin, 3 Oktober 2022.
"Karena apa? Karena petani jagung ada yang mendampingi, petani jagung ada yang mengawal," kata dia. Walhasil, produksi jagung petani lokal ini naik. Lahan 1 hektare yang semula hanya menghasilkan 4 ton jagung, kini bisa meningkat dua kali lipat jadi 8 ton.
Ongkos produksi pun hanya Rp 1.800 sampai Rp 1.900 per kilogram. "Waktu saya ke Dompu (NTB), harga jualnya Rp 3.800 per kilogram. Untung 100 persen," ucap kepala negara.
Untuk itulah, Jokowi tak ingin model pembinaan ini hanya dilakukan pada jagung saja. Ia ingin diterapkan ke semua usaha rakyat lain seperti padi, porang, dan singkong. Jokowi pun meminta perusahaan besar berperan mendampingi. "Itu tugas perusahaan besar," ujarnya.
Ia pun turut memberi peringatan ke perusahaan besar agar peduli pada usaha kecil di lingkungan mereka beroperasi. Salah satu bentuknya yaitu dengan kemitraan, agar kualitas bisnis dan produk dari usaha kecil.
Selanjutnya: "Jangan sampai ada perusahaan besar, pabrik tinggi, lingkungan miskin."