TEMPO.CO, Ubud - Bank Indonesia (BI) mencatat, pelemahan yang terjadi di nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga saat ini lebih disebabkan indeks dolar atau DXY yang memang menguat. Faktor sentimen pelaku pasar keuangan global menjadi penyebab menguatnya DXY.
Indeks Dolar yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang negara utama lainnya, yaitu EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, serta CHF, telah berada di level 112,25 per 29 September 2022. Meningkat dari level pada akhir pekan lalu di level 111,35.
"Pelemahan tidak hanya khusus Indonesia tapi di seluruh dunia tercermin dari indikator DXY posisinya meningkat sampai 112 ini level cukup tinggi," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Wahyu Agung Nugroho di Ubud, Bali, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Wahyu menuturkan, kondisi pelemahan yang terjadi di banyak mata uang negara ini, termasuk negara-negara emerging market seperti Indonesia akibat penguatan DXY lebih dipicu ekspektasi pelaku pasar keuangan global yang ingin mencari aman, sehingga mereka lebih memilih menempatkan dananya dalam bentuk dolar.
"Sehingga investor risk off, dia tidak ingin menempatkan dananya di negara berkembang, itu yang sebabkan tekanan tambahan di pasar keuangan domestik di berbagai negara termasuk Indonesia," kata Erwin.
Tapi, BI selama ini tidak pernah tinggal diam karena terus merespons kondisi itu, selain dengan menggunakan strategi kebijakan seperti kenaikan suku bunga acuan dan bauran kebijakan, intervensi juga terus dilakukan dengan mengombinasikan intervensi di pasar spot maupun Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
Respons itu harus tetap dilakukan meskipun permasalahan yang menyebabkan kekhawatiran pelaku pasar itu bukan berasal dari kondisi ekonomi Indonesia. Sebab, kondisi yang terjadi adalah potensi resesi ekonomi global akibat kenaikan inflasi dan agresifnya kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Adapun kondisi ekonomi domestik menurut Wahyu masih terus membaik. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi kuartal III - 2022 akan berada di level 5,5 persen, lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II - 2022 sebesar 5,44 persen.
"Memang yang menjadi masalah Indonesia sebagai small open economy tidak punya pilihan selain merespons, jadi siapa yang salah siapa yang menanggung risikonya itu beda hal," ucap Wahyu.
Sebagai informasi, per akhir pekan ini, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar Rp 15.232 per dolar AS. Membaik dibanding hari sebelumnya, 29 Septenber 2022, di level Rp 15.247 per dolar AS.
Baca: Kedubes AS di RI Kembali Buka Lowongan Kerja, Gaji Sampai Rp 745 Juta per Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.