TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terpantau masih berada pada level di atas Rp15.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Jumat 30 September 2022.
Nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp15.227 per dolar AS, menguat 35,5 poin atau 0,23 persen. Mata uang di kawasan Asia juga terpantau bangkit, seperti yen Jepang yang menguat 0,13 persen, won Korea menguat 0,49 persen, yuan China menguat 0,41 persen, dan ringgit Malaysia yang menguat 0,32 persen terhadap dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa tren pelemahan nilai tukar seluruh mata uang Asia, bahkan termasuk Indonesia dipengaruhi oleh penguatan dolar AS seiring dengan pernyataan pejabat the Fed yang mengkonfirmasi kenaikan suku bunga terus berlanjut untuk meredam tingginya tekanan inflasi.
Kenaikan suku bunga the Fed diperkirakan akan berada pada level 4,5 persen hingga akhir 2022 dikarenakan kondisi inflasi yang belum turun signifikan.
Sebagaimana diketahui, the Fed menaikkan menaikkan suku bunga sekitar 2,25 persen sejak Maret hingga Agustus 2022 dan dilanjutkan dengan kenaikan sebesar 75 basis poin pada September ini.
Pernyataan hawkish the Fed tersebut, kata Josua, telah mendorong kenaikan yieldUS Treasury yang sempat menembus level 4 persen, pertama kalinya sejak 2010.
Dia memperkirakan dampak dari penguatan dolar AS tersebut yang menekan rupiah hingga menembus level Rp15.200 per dolar AS belum menggambarkan fundamental perekonomian Indonesia.
"Mempertimbangkan kondisi yang terjadi adalah sentimen penguatan dolar AS terhadap mata uang global termasuk rupiah, maka diperkirakan sifatnya sementara. Hal tersebut terindikasi dari Real Effective Exchange Rate dari rupiah yang masih cenderung undervalued," katanya kepada Bisnis, Jumat 30 September 2022.
Josua mengatakan, invetor global akan tetap mencermati perkembangan ekonomi AS terutama data inflasi yang berpotensi mengurangi sentimen negatif di pasar keuangan global jika inflasi AS cenderung melandai sekalipun the Fed tetap konsisten melanjutkan untuk menaikkan suku bunga.
Dia berpendapat, di tengah sentimen negatif di pasar keuangan global saat ini, Bank Indonesia (BI) tetap berada di pasar untuk tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah, terutama melalui triple intervention serta operation twist yang turut menjaga daya tarik investasi di pasar SBN domestik.
Di samping itu, ekspektasi neraca transaksi berjalan yang masih berpotensi kembali surplus pada kuartal II/2022 yang ditopang oleh kinerja ekspor, diharapkan mendorong posisi transaksi berjalan dalam keadaan yang sehat sehingga mendukung terjaganya keseimbangan supply dan demand valas di dalam negeri.
BI juga berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan dalam rangka menjangkar inflasi yang cenderung meningkat dan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.
"Oleh sebab itu mempertimbangkan faktor fundamentalnya, rupiah diperkirakan berpotensi untuk menguat kembali di bawah level Rp15.000 per dolar AS pada akhir 2022 ini," kata Josua.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini