TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Pertamina (Persero) membeberkan langkah perseroan mengejar target transisi energi baru terbarukan atau EBT. Salah satu caranya melalui restrukturisasi untuk merampingkan anak-cucu perusahaan.
“Kalau dulu kita tahu Pertamina itu jumlah anak usahanya ada 200, mau itu bidang apa pun ada, tapi tahun lalu sudah ada major restructuring dan kita fokus ke 6 bisnis saja,” ujar Director of Strategic Planning and Bussiness Development PT Pertamina Power Indonesia Fadil Rahman dalam acara Indonesia Millenial and Gen-Z Summit yang digelar oleh IND Media di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat, 30 September 2022.
Fadil menuturkan, dari enam bisnis itu, satu sampai lima di antaranya fokus di bidang konvensional, yakni rantai pasok minyak dan gas (migas). Sedangkan satu anak usaha lainnya,berfokus di bidang energi baru.
Di sisi lain, perusahaan pelat merah itu mempercepat program-program yang berhubungan dengan keberlanjutan dan aspek keberlanjutannya. Manajemen Pertamina, Fadil berujar, dalam dua tahun terakhir sudah sangat serius untuk memastikan keberlanjutan dan ketahanan energi di Indonesia agar target bauran bisa tercapai.
“Jadi kita ranking SQL-nya itu kalau dalam hal sustainability itu kan ada environmental social governance ranking, secara global di seluruh dunia kita nomor 15 untuk oil and gas company,” tutur Fadil. “Karena kita sangat serius menindaklanjuti itu.”
Selain itu, ada beberapa strategi yang dierapkan berkaitan dengan transisi energi tersebut. Dengan seluruh upaya ini, kata dia, target capaian EBT akan meningkat sehingga sejalan dengan cita-cita Indonesia menurunkan emisi. “Itu cukup besar sebanyak 32-43 persen di tahun 2030 dari based line yang ada sekarang,” ucap Fadil.
Sebelumnya, SVP Strategic Investment Pertamina Daniel Purba mengatakan perseroan menargetkan peningkatan bauran EBT dari 1 persen pada 2021 menjadi 17 persen pada 2030. Seiring dengan itu, Pertamina juga menargetkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 30 persen pada 2030. Oleh sebab itu, investasi dalam jumlah besar harus dilakukan oleh Pertamina.
"Komitmen Pertamina sejalan dengan upaya untuk menggunakan sumber daya dari domestik untuk menyuplai energi di dalam negeri menuju pengembangan energi bersih dan dekarbonisasi," ungkap Daniel dalam media briefing Dubai Expo secara virtual, Jumat 18 Maret 2022.
Sehingga, dalam waktu 5 tahun atau di periode 2022-2026, total belanja modal atau capital expenditure (capex) Pertamina di sektor EBT mencapai US$ 11 miliar. Porsi capex EBT Pertamina mencapai 14 persen dari total capex perusahaan pelat merah tersebut di periode yang sama.
Adapun capex terbesar Pertamina pada 2022-2026 masih berasal dari sektor hulu (upstream), yakni US$ 34 miliar (46 persen) dan hilir (downstream) sebesar US$ 28 miliar (37 persen). Lalu capex di sektor lainnya tercatat sebesar US$ 2 miliar.
Menurut Daniel, salah satu cara efektif yang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan perannya dalam pertumbuhan EBT guna mencapai bauran energi adalah dengan membangun kolaborasi berbagai pihak secara global dengan target yang mengikat dan perencanaan transisi yang jelas. “Pertamina berkomitmen kuat untuk melaksanakan kesepakatan yg dihasilkan dari COP26 ini sejalan dengan transisi Energi yg tengah dijalankan oleh perusahaan,” ucapnya.
Baca juga: Sindiran Jokowi untuk Pejabat: Krisis Malah ke Luar Negeri, Dipamerin di Instagram
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.