TEMPO.CO, Jakarta - Perencana keuangan sekaligus Presiden International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) Indonesia, Aidil Akbar Madjid, menyarankan masyarakat untuk menghindari menabung di bank di tengah menguatnya ancaman resesi tahun depan. Aidil mengatakan resesi akan membuat tabungan masyarakat di bank tergerus tingginya inflasi.
"Jadi kalau uang kita masukkan ke rekening perbankan, dia akan kalah lawan inflasi," kata Aidil saat dihubungi, Rabu, 28 September 2022.
Menurut Aidil, resesi atau turunnya perekonomian dunia dipicu oleh masalah inflasi atau naiknya harga-harga. Saat menghadapi, ia berpendapat, sebaiknya masyarakat mulai beralih menyimpan dananya ke produk-produk investasi. Instrumen investasi yang tak akan terdampak inflasi dan bisa menjadi pilihan adalah emas, tanah, hingga saham.
"Bahkan kripto, meskipun sekarang kelihatannya lagi turun. Tapi yang namanya investasi kan buat jangka panjang, harus di atas dua, tiga, empat, atau lima tahun," ucap Aidil.
Namun, ia mengatakan keputusan investasi harus diambil dengan tujuan menyimpan dana dalam waktu jangka panjang, seperti tiga sampai lima tahun. Dengan demikian, masyarakat bakal memahami risiko investasi.
"Kita harus tetap paham risiko, diversifikasi, pelajari produk-produknya, riset. Jadi kalau dengan inflasi kita investasi ke produk-produk yang akan naik seiring dengan naiknya inflasi," ujar Aidil.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam keterangannya, membeberkan sejumlah manfaat menyimpan uang di bank. OJK menyatakan menyimpan uang di bank lebih aman karena nasabah akan terhindar dari risiko pencurian, uang rusak, atau kehilangan.
Sebab, bank diatur dan diawasi ketat oleh OJK. Selain itu, menabung di bank lebih praktis, mudah, dan menguntungkan lantaran nasabah akan mendapatkan imbal hasil. Kemudian, menabung di bank juga dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga Rp 2 milari per nasabah per bank.
Selanjutnya, ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi....