Mukroni menyebut kompor listrik dengan daya 1.000 watt sulit diterapkan di warteg. Sebab, kebanyakan warteg menggunakan listrik dengan daya di bawah 1.3000 watt. Sementara penggunaan listriknya beragam, misalnya untuk kulkas, kipas angin, blender.
Belum siapnya warteg untuk buru-buru bermigrasi ke kompor listrik, kata Mukroni, juga disebabkan harga kompor listrik yang lebih mahal daripada kompor gas. Sehingga, migrasi secara tiba-tiba bisa menjadi beban. Apalagi jika kondisi ekonomi masih belum sepenuhnya pulih setelah pandemi Covid-19.
“Kompor listrik juga nggak bisa digunakan untuk semua jenis alat masak, dan hanya beroperasi bila menggunakan alat masak yang terbuat dari baja tahan karat atau besi. Ini tentunya merepotkan warteg,” kata dia.
Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan pemerintah belum memiliki keputusan apapun untuk menerapkan program konversi dari kompor LPG 3 kilogram menjadi kompor listrik induksi. Dia juga memastikan, program ini tidak akan diberlakukan pada tahun ini.
Sampai saat ini, lanjut Airlangga, pembahasan anggaran untuk pelaksanaan program konversi ini juga belum ada pembicaraan apapun dengan DPR RI. "Dapat saya sampaikan bahwa pemerintah belum memutuskan terkait prpgram konversi kompor LPG 3 kilogram menjadi kompor listrik industri," kata Airlangga saat konferensi pers secara virtual, Jumat, 23 September 2022.
RIRI RAHAYU | ARRIJAL RACHMAN
Baca: Ancaman Resesi Global 2023, Indef Beberkan Sektor yang Akan Paling Terpukul
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.