TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha warteg mengatakan migrasi ke kompor listrik tidak bisa dilakukan secara instan. Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengaku butuh waktu untuk melakukan persiapan.
“Ini lagi dikaji dengan teman-teman pengurus dan paguyuban lainnya. Mungkin butuh waktu tiga sampai lima tahun lagi,” kata Mukroni kepada Tempo, Ahad, 25 September 2022.
Mukroni menyebut kompor listrik dengan daya 1.000 watt sulit diterapkan di warteg. Sebab, kebanyakan warteg menggunakan listrik dengan daya di bawah 1.3000 watt. Sementara penggunaan listriknya beragam, misalnya untuk kulkas, kipas angin, blender.
“Dan warteg banyak membutuhkan alat masak lebih dari satu. Kalau dua kompor listrik ini membutuhkan 1 kompor listrik 1000 watt, kalau 3 kompor sudah 3.000 watt. Inii akan menyulitkan usaha warteg,” kata dia.
Selain itu mengenai kecepatan memasak, Mukroni menggap memasak menggunakan kompor gas akan menjadi lebih cepat ketimbang menggunakan kompor listrik. Oleh karena itu, kompor gas lebih cocok digunakan untuk warteg yang bisa menyediakan menu makanan hingga lebih dari 40 macam.
Belum siapnya warteg untuk buru-buru bermigrasi ke kompor listrik, kata Mukroni, juga disebabkan harga kompor listrik yang lebih mahal daripada kompor gas. Sehingga, migrasi secara tiba-tiba bisa menjadi beban. Apalagi jika kondisi ekonomi masih belum sepenuhnya pulih setelah pandemi Covid-19.
“Kompor listrik juga nggak bisa digunakan untuk semua jenis alat masak, dan hanya beroperasi bila menggunakan alat masak yang terbuat dari baja tahan karat atau besi. Ini tentunya merepotkan warteg,” kata dia.
Selanjutnya: Airlangga pastikan program konversi ke kompor listrik tak berlaku tahun ini.