TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menanggapi pernyataan Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, yang mengatakan kompor listrik akan lebih hemat 40 persen ketimbang LPG. Mamit berpendapat penghematan yang dihasilkan tak bakal sebesar angka itu.
"Tergantung kita membandingkan dengan LPG subsidi atau non-subsidi. Jika (dibandingkan) dengan non-subsidi, ya bisa tinggi (penghematannya) karena 1 kilogram gas LPG setara dengan 8 kwh kompor induksi," ujar Mamit saat dihubungi pada Jumat, 23 September 2022.
Baca juga:
Mamit pun mencontohkan jika pelanggan menggunakan daya listrik 900 volt ampere (VA) golongan subsidi. Biaya untuk setiap kwh yang muncul pada golongan daya tersebut adalah Rp 630 per kWh. Jika dibandingkan dengan harga LPG subsidi, selisihnya hanya tipis.
"Saya kira selisihnya hanya Rp 500-1.000," katanya.
Lain halnya jika dibandingkan dengan LPG non-subsidi. Mamit mengatakan saat ini LPG non-subsidi dipatok Rp 17.750 per kilogram. “Jika dibandingkan kompor induksi, yang 7,19 kwh setara kompor induksi dengan menggunakan tarif subsidi sebesar Rp 630 per kwh, akan didapatkan angka sebesar Rp 4.530,” kata Mamit.
Baca juga:
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan penggunaan kompor listrik jauh lebih murah dibandingkan dengan gas LPG. Menurut dia, migrasi kompor listrik bertujuan untuk mengurangi beban subsidi dan membuat biaya energi asyarakat ikut turun.
“40 persen lebih murah daripada menggunakan gas LPG,” kata dia.
Pemerintah berencana memberikan paket kompor listrik seharga Rp 1,8 juta kepada 300 ribu warga. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menjelaskan masyarakat yang menjadi target pemberian paket kompor listrik adalah mereka yang namanya masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Satu paket kompor listrik itu terdiri atas dua tungku, satu alat masak, dan satu miniature circuit breaker atau MCB. “Jadi satu rumah itu dikasih satu paket, kompornya sendiri, alat masaknya sendiri, dayanya (listrik) dinaikkin,” ujar Rida usai menghadiri Rapat Banggar di Kompleks Parlemen, Selasa, 20 September 2022.
Rida menyatakan harga paket kompor listrik itu dalam perkembangannya bisa saja berubah. Sebab, ada usulan agar salah satu tungku dinaikkan dayanya, dari sebelumnya 800 VA menjadi 1.000 VA lebih.
Meski begitu, ia menyatakan belum bisa memastikan berapa perubahan daya listrik sebagai konsekuensi program konversi ke kompor listrik tersebut. “Rp 1,8 juta itu rencana awal dengan dua tungku yang sama kapasitasnya," tuturnya.
Ia menuturkan saat ini program konversi tersebut masih dalam tahap uji coba. "Ada juga usulan satu tungkunya diubah lebih gede. Nah, masih dikalkulasi berapa harganya. Seharusnya kan nggak Rp 1,8 juta lagi, pasti lebih naik,” ucap Rida.
Baca Juga: Terpopuler Bisnis: Sri Mulyani Sebut Tantangan Fiskal Usai Pandemi, Rupiah Kian Tertekan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini