Dalam melakukan hilirisasi, menurutnya, pelaku usaha membutuhkan persiapan yang matang dan modal yang cukup. Artinya, pelaku usaha memerlukan waktu kurang lebih sepuluh tahun jika ingin hilirisasi yang optimal.
Ketua Komite Tetap Mineral dan Batu Bara Kadin Indonesia, Arya Rizqi Darsono menuturkan pemerintah perlu merumuskan suatu kebijakan untuk membantu pelaku usaha dalam melakukan hilirisasi timah secara bertahap. Hal itu menurutnya akan turut berdampak bagi peningkatan pendapatan negara.
“Timah dapat menjadi senjata di Indonesia, karena volume ingot timah yang melimpah ruah di Indonesia. Maka dari itu, hilirisasi timah harus dilakukan secara optimal. Jika hilirisasi ini terpecah, akan merugikan Indonesia,” ucap Arya.
Wakil Ketua Komite Tetap Mineral dan Batu Bara, Jabin Sufianto mengatakan bursa timah harus dioptimalkan terlebih dahulu, sebelum memulai hilirisasi ini. Terlebih, volume ingot timah di Indonesia besar, dimana dapat mendikte dan menguasai dunia.
Dengan banyaknya volume ingot di Indonesia, menurutnya hal itu dapat dijadikan bargaining power untuk Indonesia. "Maka dari itu, dalam mengolah timah, jangan diurai ke bawah menjadi produk retail, karena pasarnya sedikit,” kata Jabin.
Pemerintah pun dituntut untuk memperhatikan pajak ekspor di Indonesia. Saat ini, pajak ekspor di Indonesia lebih besar dibandingkan pajak impor, yakni 11 persen. Sementara pajak impor hanya 0 persen. Bahkan terdapat impor yang bebas biaya pajak. Menurutnya, hal itu yang memberatkan pelaku usaha dalam melakukan hilirisasi.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, jumlah sumber daya dan cadangan timah di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 2 juta ton kasiterit. Sementara, pada tahun 2020, meningkat berjumlah 2,76 juta ton kasiterit dan 2,72 ton kasiterit. Cadangan timah Indonesia diestimasikan akan habis pada tahun 2046.
Baca Juga: Terkini Bisnis: Pengemudi Ojol Akan Mogok Nasional, Tips Simpan Uang di Rumah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.