TEMPO.CO, Jakarta -Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan dampak kenaikan bahan bakar minyak atau BBM terhadap harga barang semakin terasa. Tergambar dari perkiraan angka inflasi pada September 2022 yang sudah menembus 5,89 persen secara tahunan dari realisasi Agustus 2022 sebesar 4,69 persen.
Tingginya perkiraan angka inflasi itu tidak terlepas dari dampak kenaikan harga BBM yang tidak hanya mempengaruhi kenaikan harga tarif angkutan sebagai bagian dari sektor yang terdampak langsung atau first round effect, melainkan juga menyebabkan harga-harga barang lain naik karena dampak tidak langsung atau second round effect.
"Penelitian BI menunjukkan dampak second round akan berlangsung sekitar 3 bulan, dan karenanya pada bulan ini kemungkinan inflasi telah meningkat," kata Perry saat konferensi pers secara virtual, Kamis, 22 September 2022.
Akibat kondisi itu, ia mengatakan, berdasarkan survei pemantauan harga Bank Indonesia untuk September 2022, angka inflasi akan naik menjadi 5,89 persen secara tahunan dari realisasi bulan kemarin di level 4,69 persen. Angka inflasi pada bulan ini akan menjadi yang tertinggi.
"Yang tertinggi tentu saja bulan ini, karena dampak langsung dari penyesuaian harga subsidi dan juga tentu saja karena tarif angkutan meski belum semuanya," ujar dia.
Dalam 3 bulan mendatang, ia berujar, dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM masih akan terus terasa. Dengan begitu, hingga akhir tahun 2022 Perry mengatakan, inflasi akan bisa bertengger di level 6 persen lebih karena adanya tambahan inflasi akibat kenaikan harga BBM sebesar 1,8-1,9 persen.
Untuk meredam potensi inflasi ini, kata dia, sinergi kebijakan yang lebih kuat akan terus ditingkatkan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023.
"Tidak hanya inflasi pangan, melainkan juga tarif angkutan. Harapannya dengan ini inflasi bisa lebih terkendali dan semoga memang sedikit lebih tinggi dari 6 persen, tentu saja itu puncaknya dan akan menurun," ujar Perry.
Baca Juga: Kurs Rupiah Anjlok ke 15.023 per Dolar AS Meski BI Naikkan Suku Bunga, Kenapa?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.