TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir menyatakan utang PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mulai turun. Utang yang semula Rp 500 triliun kini menyusut menjadi Rp 407 triliun.
"Berkat dorongan dari kami dan juga untuk pengawasan dari Komisi VI DPR, utang PLN yang tadinya Rp 500 triliun ketika sama-sama melakukan transformasi, kini turun jadi 407 triliun," ujar Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Rabu, 21 September 2022.
Erick menuturkan Kementerian BUMN telah melakukan restrukturisasi untuk mengurangi beban-beban perusahaan setrum negara itu. Sejak tahun lalu, Kementerian mengkaji pembentukan subholding PLN. Kementerian pun melakukan benchmarking dengan sejumlah negara, seperti Korea, Italia, Prancis, Malaysia, dan lainnya.
Di sisi lain, Erick memastikan Kementerian BUMN telah mendorong percepatan pembayaran dan pelunasan utang PLN. Tujuannya agar perseroan bisa segera beradaptasi menghadapi pelbagai tantangan, seperti transisi energi menuju industri hijau dan digitalisasi ekonomi.
"Percepatan-percepatan ini menjadi bagian menyehatkan cashflow PLN," ucap mantan bos Inter Milan tersebut.
Kementerian BUMN hari ini meresmilkan holding dan subholding PLN sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan. "Ini akan menjawab keinginan Presiden Jokowi agar sektor energi kita lebih cepat menjalankan transisi energi demi melayani dan memberi kemudahan bagi rakyat," ujar Erick Thohir dalam Peluncuran Holding dan Subholding PLN di Jakarta.
Erick menegaskan restrukturisasi PLN ini mengawali pula transisi dari energi yang berbasis fosil, impor, dan membebani anggaran negara menuju energi yang berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Dengan perubahan ini, PLN sebagai holding utama akan membawahi empat subholding.
Pertama, subholding di bidang energi primer, PLN Energi Primer Indonesia. Tugas subholding ini ialah pengadaan batubara, gas, dan BBM sebagai sumber energi pembangkitan listrik, sekaligus memastikan sumber pasokan energi primer yang bersumber dari EBT.
Kedua, subholding di bidang pembangkitan, yakni PLN Indonesia Power. Ketiga, PLN Nusantara Power yang saat dibentuk akan langsung menjadi generation company terbesar di Asia Tenggara dan siap bersaing di kancah global. Keempat, subholding yang bergerak di pengembangan usaha dan inovasi di luar kelistrikan untuk kebutuhan masa depan, PLN ICON Plus.
Baca juga: Paket Kompor Listrik Rp 1,8 Juta Akan Dibagikan Gratis ke 300.000 Orang, Begini Penjelasan ESDM
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini