Selain itu, jika pelanggaran melibatkan informasi keuangan, beri tahu bank dan lembaga keuangan mana pun yang pengguba miliki akunnya, dan ubah kata sandi di semua akun, termasuk pertanyaan keamanan dan kode PIN. Pertimbangkan juga untuk pembekuan kredit. "Perlu juga memantau akun Anda untuk mencari tanda-tanda aktivitas baru. Jika Anda melihat transaksi yang tidak Anda kenali, segera atasi," ucap dia.
Yeo Siang Tiong juga meminta agar mewaspadai jenis serangan manipulasi psikologis lainnya. Misalnya, jika seorang pelaku kejahatan dapat mengakses akun hotel, bahkan tanpa data keuangan, dia dapat menelepon pelanggan untuk meminta umpan balik tentang kunjungan terakhir mereka.
Setelah menjalin kepercayaan di akhir panggilan, pelaku kejahatan tadi dapat menawarkan pengembalian dana atas berbagai biaya dan meminta nomor kartu pelanggan untuk melakukan transaksi. "Jika panggilan tersebut meyakinkan, sebagian besar pelanggan mungkin tidak akan berpikir dua kali untuk memberikan detail tersebut," tutur dia.
Selain itu Yeo Siang Tiong juga memberikan rekomendasi dan langkah lanjutan dari Kaspersky agar organisasi dapat membentengi diri dengan pertahanan siber yang baik. Di antaranya adalah memantau tren dan serangan terbaru, serta memotivasi karyawan untuk melaporkan temuan dan kontak yang mencurigakan.
Pastikan organisasi atau lembaga tersebut menggunakan versi terbaru dari sistem operasi pilihannya, dengan fitur pembaruan otomatis diaktifkan untuk memastikan perangkat lunak selalu mutakhir. Serta membuat cadangan data penting dan perbarui peralatan dan aplikasi TI secara berkala.
"Selanjutnya, perlu memasukkan umpan ancaman global ke dalam sistem mereka yang dapat memberikan visibilitas mendalam ke organisasi penargetan ancaman siber seperti Kaspersky Threat Intelligence," ujar Yeo Siang Tiong.
Baca: Potongan Komisi oleh Aplikator Ojol Masih Tinggi, Pengemudi: Bukti Pemerintah Tak Berdaya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini