TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia Igun Wicaksono menilai keengganan perusahaan aplikator ojol untuk menurunkan biaya komisi telah menunjukan sikap yang arogan terhadap aturan pemerintah.
"Ini bukti kuat bahwa pemerintah pun tidak berdaya untuk bertindak tegas kepada perusahaan-perusahaan aplikator yang ada saat ini," kata Igunsaat dihubungi Tempo pada Selasa, 20 September 2022.
Selama ini yang disampaikan oleh pemerintah maupun aplikator pada pengemudi ojol hanya alasan klise, yaitu keadaan perusahaan yang belum memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan masih harus memotong komisi yang diperoleh pengemudi ojol.
Padahal, menurut Igun, sejumlah perusahaan aplikator telah berhasil mencapai posisi unicorn dengan nilai valuasi perusahaan melebihi US$ 1 miliar. "Perusahaan startup yang sudah mencapai level unicorn masih membela diri dengan belum benefit adalah bualan kapitalis saja bagi kami sebagai asosiasi," ucapnya.
Di sisi lain, sikap pemerintah yang selalu membanggakan perusahaan aplikasi jasa transportasi daring telah membuat pengemudi tidak berdaya. Terlebih, para pengemudi ojol masih dibiarkan berstatus ilegal dan dibuat status quo. Ia menduga hal itu agar pengemudi tidak dapat melakukan perlawanan ataupun pembelaan secara hukum kepada aplikator apabila terjadi sengketa dalam industri digital ini.
Lebih jauh, menurut igun, kenaikan tarif ojol bukanlah yang utama diharapkan oleh para pengemudi. Sebab, setinggi apapun kenaikan tarif yang diberlakukan, perusahaan aplikator lah yang mendulang profit semakin besar. Hal itu karena aplikator menerapkan potongan komisi di atas 10 persen.
Padahal, biaya komisi sangat berpengaruh kepada pendapatan para mitra pengemudi ojol. Semakin besar biaya potongan aplikasi, maka semakin kecil pendapatan yang akan diterima oleh para mitra pengemudi ojek daring.
Ia pun membantah dalih aplikator yang menyatakan biaya potongan komisi digunakan untuk memberikan promo pada pengguna yang berdampak langsung pada pengemudi. Bagi pengemudi, kata dia, promo atau program yang dibuat aplikator hanya gimik pemasaran yang diperoleh dari hasil kerja para mitra pengemudi.
"Sangat tidak dapat kami terima alasannya," kata Igun.
Selanjutnya: Pengemudi ojol akan terus demo sampai tuntutannya dipenuhi.