TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan e-commerce yang di bawahi Sea Grup, Shopee Indonesia, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 187 karyawan dari total 6.232 orang karyawan. Asosiasi E-commerce Indonesia atau IdEA memastikan, kondisi itu tak merembet atau diikuti perusahaan lain yang serupa di dalam negeri.
Ketua Umum IdEA Bima Laga menjelaskan, rembetan itu tidak akan terjadi karena perusahaan e-commerce memiliki strategi masing-masing dalam menghadapi permasalahan bisnis, baik yang dipengaruhi faktor eksternal, maupun internal. Karena itu, langkah efisiensi seperti PHK belum tentu serentak diterapkan.
"Faktornya banyak sih, jadi apa yang terjadi di satu e-commerce memengaruhi e-commerce lain? enggak," kata Bima saat dihubungi, Selasa, 20 September 2022.
Khusus untuk Shopee, Bima menjelaskan, bisnisnya di Indonesia sangat terpengaruh kondisi global karena induk perusahaannya maupun pendanaannya sendiri berasal dari luar negeri. Kala ekonomi dunia penuh dengan ketidakpastian, maka anak perusahaan seperti Shopee akan ikut terdampak.
"Kalau Shopee mungkin saya pikir faktor globalnya lebih dominan karena kan misalnya perang Ukraina berpengaruh, karena mereka kan lebih banyak di sana ya," ujar dia.
Meski begitu, Bima menekankan, langkah efisiensi ini juga diterapkan karena kondisi pasar digital di Indoneaia sendiri yang telah mulai berkembang baik. Oleh sebab itu, mereka tak lagi perlu terlalu fokus untuk mengakuisisi konsumen atau pengguna baru, hingga pelalu usahanya yang akan menjadi merchant.
"Posisi sekarang sebenarnya konsumennya sudah mulai matang nih, pelaku usahanya juga sudah mulai jelas, jadi bisa jadi pekerja yang ada di divisi tersebut sudah tidak terlalu menjadi prioritas, jadi ada efisiensi di sektor itu," kata Bima.
Sebelumnya, Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira mengungkapkan kebijakan PHK yang dilaksanakan manajemen Shopee kemarin, 19 September 2022, dilakukan lantaran pengaruh kondisi ekonomi global saat ini.
“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit,” katanya melalui keterangan tertulis pada Senin, 19 September 2022.
Sumber Tempo menyebutkan jumlah karyawan yang di-PHK sebanyak 3 persen dari total jumlah karyawan perusahaan teknologi tersebut. Bila mengambil data jumlah karyawan perusahaan milik Sea Grup itu di Indonesia sebanyak 6.232 orang, maka diperkirakan ada sebanyak 187 pegawai yang dilepas oleh perusahaan yang juga bergergak di bidang e-commerce tersebut.
“Perusahaan akan berfokus ke pertumbuhan bisnis yang mandiri serta berkelanjutan, dan kami ingin memperkuat dan memastikan operasional perusahaan kami stabil di situasi ekonomi saat ini,” kata Radynal.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini