Adapun jumlah nasabah tersebut mendorong dana pihak ketiga atau DPK tumbuh 253 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 6,1 triliun pada akhir semester I-2022. Secara year to date (ytd), jumlah DPK yang dihimpun naik 65,9 persen dibandingkan akhir 2021 sebesar Rp 3,7 triliun.
Struktur biaya dana kata Kharim juga semakin membaik, tercermin pada rasio Current Account Saving Account (CASA) terhadap total DPK menjadi 63 persen. Peningkatan CASA menjaga beban bunga dan beban syariah tetap rendah, yakni Rp 64 miliar pada periode itu.
Dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah tumbuh 234 persen secara yoy menjadi Rp 7,3 triliun pada akhir semester I-2022. Secara ytd, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah meningkat Rp1,9 triliun atau tumbuh 35 persen dibandingkan akhir 2021 yang tercatat Rp5,4 triliun.
Adapun pendapatan bunga dan pendapatan syariah Bank Jago meningkat 340 persen menjadi Rp 705 miliar. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp 641 miliar atau tumbuh 361 persen secara yoy.
Rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) menjadi 119 persen hingga semester I 2022 dari 146 persen pada akhir 2021. Nate Interest Margin (NIM) tercatat sebesar 10,8 persen dan memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 110 persen.
"Cukup kuat untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. Hingga akhir Juni 2022 Bank Jago juga mencatatkan total aset sebesar Rp 14,6 triliun, tumbuh 44,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ujar Kharim.
Baca: 2023, Sri Mulyani Akan Bayar Subsidi ke Pertamina dan PLN per 3 Bulan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.