TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia kembali bangkit pada perdagangan Jumat pagi setelah tujuh bulan terperosok ke level terendah. Harga minyak mentah berjangka, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Oktober naik US$ 1,6 atau hampir 2,0 persen.
Harga minyak mentah WTI dipatok US$ 83,54 per barel di New York Mercantile Exchange. Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik US$ 1,15 dolar atau 1,3 persen, menjadi US$ 89,15 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak naik setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menghentikan ekspor minyak dan gas jika ada batas harga yang diberlakukan oleh pembeli Eropa. Uni Eropa mengusulkan adanya pembatasan harga gas Rusia.
Adapun harga minyak naik kendati ada lonjakan persediaan minyak mentah Amerika serta menguarnya kabar bahwa Amerika sedang menimbang melepas cadangan minyak mentah. Kekhawatiran perpanjangan penguncian Covid-19 di Cina dan kenaikan suku bunga global pun masih memperlambat aktivitas ekonomi dan menekan permintaan bahan bakar.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Kamis, 8 September, persediaan minyak mentah komersial negara itu naik 8,8 juta barel. Survei S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah Amerika turun 1,8 juta barel.
Menurut EIA, total persediaan bensin motor naik 0,4 juta barel dari minggu lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan naik 0,1 juta barel. "Sebagian besar minyak dalam penimbunan itu berasal dari Cadangan Minyak Strategis (SPR). Semakin cepat kita mengosongkan SPR, semakin besar penarikan yang akan terjadi di masa depan," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn.
ANTARA
Baca: Bos Pertamina Curhat Pertamax Tak Disubsidi Negara: Selisih Tak Diganti Pemerintah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.