Sebelumnya, raksasa energi Rusia Gazprom mengumumkan rencananya untuk menutup pipa Nord Stream ke Jerman segera setelah penutupan perdagangan gas alam di Eropa pada hari Jumat, dan beberapa jam setelah menteri keuangan G-7 telah menyepakati perlunya mengenakan batasan harga pada ekspor minyak Rusia.
Pergerakan rupiah juga dipengaruhi dari dalam negeri. Presiden Joko Widodo atau Jokowi beserta para menteri pada akhir pekan lalu mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar. Harga BBM naik sekitar 30 persen dari semula.
Kebijkan menaikkan harga BBM itu terpaksa diambil Pemerintah agar beban anggaran pemerintah tak semakin berat dengan kombinasi pergerakan rupiah dan harga minyak mentah. Namun begitu, belakangan harga minyak dunia terus melemah ke level US$ 86,77 per barel, dan bahkan diperkirakan akhir tahun ini di bawah US$ 80 per barel.
Adapun kenaikan harga BBM Bersubsid tersebut, menurut Ibrahim, bakal menjadi salah satu penggerak utama di pasar finansial Indonesia. Ia memperkirakan inflasi akan naik dan membuat rupiah melemah walaupun di awal-awal sempat menguat.
Meskipun kenaikan harga BBM itu bakal meningkatkan inflasi, mengerek suku bunga, dan merugikan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek, menurut Ibrahim, kalangan pasar mengapresiasinya. "Keputusan tersebut akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah," tuturnya.
BISNIS
Baca: Awas, Ada Link Palsu Pendaftaran Bansos yang Mencatut Logo Kemensos
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.