TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha warung tegal (warteg) sedang mempertimbangkan kenaikan harga menu makanan pasca harga bahan bakar minyak (BBM) melesat. Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengatakan berat bagi pengusaha warteg untuk bertahan tanpa menaikkan harga makanan.
“Sekarang lagi menghitung-hitung kenaikan,” kata Mukroni kepada Tempo, Minggu, 4 September 2022. “Paling seminggu untuk melihat harga di pasar."
Mukroni merasa prihatin sekaligus dilema. Dia berasumsi kenaikan harga BBM akan mengerek harga bahan pangan. Sementara, daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. Karena itu, jika nanti harga makanan di warteg dinaikkan, Mukroni mengatakan pihaknya tidak mungkin menaikkan harga di atas 20 persen.
“Kalau naik di atas 20 persen, pelanggan kami bisa kabur,” ujarnya.
Mukroni khawatir kondisi akan berdampak pada kemampuannya membayar sewa warteg yang selama ini memakan biaya paling besar. “Yang Kowantara takutkan adalah untuk sewa tahun depan, apakah kami bisa membayar sewa atau kontrakan dengan kondisi keuntungan yang tipis karena kenaikan harga BBM?” ucap Mukroni.
Perwakilan Paguyuban Pedagang Warung Tegal dan Kaki Lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawakarta), Hendri Prayogi, menyebut pihaknya sangat terdampak kenaikan harga BBM. Harga kebutuhan pokok akan merangkak naik dan berakibat pada meningkatnya biaya operasional. Namun, pihaknya saat ini belum menaikkan harga makanan.
“Kemungkinan juga tidak menaikkan harga jual karena kalau harga jual naik, dikhawatirkan berdampak pada pendapatan yang turun,” kata Yogi—sapaannya—kepada Tempo, Minggu, 4 September 2022.
“Selagi masih bisa disiasati, mungkin kami tidak akan meningkatkan harga jual,” kata dia.
Selama ini, kata Yogi, sebelum BBM naik pun harga sejumlah kebutuhan pokok sudah mengalami kenaikan. Misalnya harga telur dan harga cabai. “Jadi mungkin dengan naiknya harga BBM, pemerintah juga bisa menekan harga kebutuhan pokok di pasar-pasar,” ucapnya.
Kemarin Sabtu, 3 September 2022, pemerintah secara resmi menaikkan harga BBM bersubsisi jenis Pertalite dan Solar. Harga Pertalite yang sebelumnya Rp 7.650 per liter kini menjadi Rp 10.000 per liter. Sementara harga Solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Begitu pula dengan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax yang naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Kebijakan harga tersebut berlaku sejak pukul 14.30 WIB, Sabtu kemarin. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemerintah menaikkan harga BBM meski harga minyak mentah dunia mengalami penurunan. Pemerintah tidak sanggup meredam jebolnya anggaran subsidi dan kompensasi energi. Adapun anggaran subsidi dan kompensasi energi yang ditanggung pemerintah kini telah naik dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini