Dia mengatakan, yang bisa dilakukan pemerintah untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi ini lebih tepat sasaran ke depannya adalah dengan memperkuat pengawasan penyalurannya. Selain itu, dia juga berharap, digitalisasi sistem penyaluran yang tengah disiapkan PT Pertamina (Persero) juga akan membuat penyalurannya tepat sasaran.
"Pertamina sedang menyiapkan sistem pengawsan pengaturan dengan digitalisasi. Ini diharapkan dengan metode ini, mekanisme ini, kita bisa lebih mempertajam ketepatan BBM bersubsidi ini untuk yang membutuhkan," ucap Arifin.
PT Pertamina (Persero) sebelumnya mencatat kuota penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi kian menipis memasuki hingga akhir Agustus 2022. Kuota BBM untuk pertalite dan pertamax masing-masing sisa sekitar 15 persen dan 24 persen.
"Memang kalau kuota semakin menipis," kata Sekretaris Perusahaan Subholding Commercial & Trading PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, saat dihubungi, Sabtu, 3 September 2022.
Irto menjelaskan, hingga akhir Agustus 2022, penyaluran pertalite sudah mencapai 19,5 juta kiloliter dari total kuota yang disediakan pemerintah 23,05 juta kiloliter. Sedangkan solar sudah mencapai 11,4 juta kiloliter dari kuota yang diberikan ke Pertamina sebesar 14,9 juta.
Pada pukul 14.30 WIB hari ini, pemerintah pun telah resmi memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan rincian Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter, Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, dan Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Baca: Harga BBM Naik, Pertamina Imbau Masyarakat Tak Panic Buying: Stok Aman, Terus Diproduksi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.