Faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah dari dalam negeri berasal dari pernyataan pemerintah soal Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022 yang menjadi peredam kejut telah bekerja keras. Konsekuensinya, subsidi dan kompensasi energi sesuai Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, jumlahnya meningkat tiga kali lipat, yaitu dari APBN 2022, semula Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.
Nilai subsidi dan kompensasi itu tercatat melonjak bila dibandingkan tiga tahun sebelumnya, yakni Rp 144,4 triliun pada 2019, Rp 199,9 triliun pada 2020, dan Rp 188,3 triliun tahun 2021. Bahkan kemungkinan akan nilai subsidi dan kompensasi naik melampaui Rp 690 triliun.
Ibrahim menilai di tengah tren kenaikan harga minyak mentah dan ICP dan seiring pemulihan aktivitas ekonomi serta meningkatnya mobilitas, kuota BBM bersubsidi yakni Solar dan Pertalite bakal habis pada Oktober 2022. "Artinya, Rp 502 triliun yang dialokasikan untuk subsidi dan kompensasi energi pasti akan terlewati,” katanya dalam riset harian, Jumat, 2 September 2022.
Lebih jauh Ibrahim memperkirakan pada perdagangan pekan depan kurs rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah. "Di rentang Rp 14.870 - 14.930 per dolar AS," tuturnya.
BISNIS
Baca: Zulhas: Harga Telur Masih Tinggi, Tetapi Sudah Turun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.