TEMPO.CO, Jakarta -International Rice Research Institute atau IRRI meluruskan misinformasi terkait penghargaan yang diserahkan kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi di Istana Negara Jakarta.
Sebelumnya pemberian penghargaan itu sempat dipertanyakan oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin saat Rapat Kerja Komisi IV bersama Kementerian Pertanian (Kementan) pada Rabu, 31 Agustus 2022.
Di forum Raker, Sudin mempersoalkan teknis dan proses pemberian penghargaan dalam bentuk plakat. Menurut dia, pembuatan plakat penghargaan tersebut dilakukan di Indonesia. Pernyataan itu memunculkan persepsi negatif karena dianggap tidak serius dan hanya akal-akalan semata.
Perwakilan IRRI untuk Indonesia, Hasil Sembiring, mengatakan, pembuatan plakat sudah melalui mekanisme panjang dan juga pertemuan berkali-kali sejak beberapa tahun lalu. Hasilnya, IRRI memutuskan untuk membuat plakat di Indonesia karena mempertimbangkan efisiensi dan mengkonvensinya melalui sertifikat plakat.
"Saya tidak mengerti apa yang diributkan Anggota DPR (Suding). Saya perlu kasih tahu bahwa diskusi pembuatan sertifikat ini prosesnya berbulan-bulan dan sudah melalui pertemuan berkali-kali. Bahkan terakhir Dirjen IRRI, Jean Balie diskusi langsung dengan Pak Menteri (Syahrul Yasin Limpo)," ujar dia lewat keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Kamis, 1 September 2022.
Lebih lanjut, Hasil menjelaskan pembuatan plakat di Indonesia juga didasari pada kondisi dunia yang saat ini mengalami pandemi tinggi sehingga membuat kantor IRRI memutuskan kerja dari rumah atau work from home (WFH). Atas pertimbangan itulah IRRI membuat plakat sertifikat di Indonesia. "Mengingat dari sisi waktu dan praktisnya maka kita buat di Indonesia," kata dia.
Selain itu, Hasil berujar, rombongan IRRI termasuk Dirjen IRRI Jean Balie menginap di hotel Jakarta dengan membayar sendiri. Bukan hanya itu saja, tiket pesawat sampai tes PCR juga merogoh kocek sendiri.
"Hanya mobil saja yang dipinjamkan karena menghormati sebagai tamu, apalagi beliau diundang jadi rasanya sangat tidak layak jika Indonesia tidak memberi fasilitas mobil jemputan. Menurut saya hal begini tak perlu dibicarakan dan dibahas apalagi di sidang DPR. Apakah tidak ada isu lain yang lebih penting," tutur Hasil.
Sebelumnya pemerintah melalui Kementan menggandeng IRRI untuk mengembangkan varietas padi bernutrisi tinggi sebagai salah satu upaya bersama dalam mengatasi stunting atau kurang gizi kronis. Hasilnya Kementan sudah mengeluarkan varietas yang bernama Inpari Nutri Zinc. Varietas itu mampu memproduksi 6,3 ton per hektare gabah kering giling (GKG). Beras varietas ini juga terbukti mengandung zinc sebesar 34,5 persen yang artinya lebih tinggi dari varietas non-nutrisi yang kandungan zinc-nya hanya 20 persen.
Bulan lalu, Presiden Jokowi yang menerima penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) berkaitan dengan ketahanan pangan baik dan swasembada pangan kepada Indonesia. Sertifikasi ini diraih imbas produksi beras di Indonesia yang konsisten dan tak mengandalkan impor.
Ia menjelaskan selama tiga tahun ke belakang Indonesia bisa konsisten produksi beras hingga 31,3 juta ton.
"Penghitungan oleh BPS stok kita di lapangan jumlahnya juga di akhir April 2022, tertinggi 10,2 juta ton. Kalau ditanya barangnya ada di mana? Ada di masyarakat, di petani, di restoran-restoran, juga di Bulog plus beberapa di industri pangan," ujar Jokowi di Istana Negara, Ahad, 14 Agustus 2022.
Jokowi menjelaskan, terjaganya stok beras di Tanah Air merupakan hasil dari pembangunan infrastruktur penyokong pertanian sejak tahun 2015. Hingga hari ini, Jokowi menyebut pemerintah telah berhasil membangun 4.500 embung, 1,1 juta jaringan irigasi, dan 61 bendungan yang akan selesai pada tahun 2024.
Selain itu, melimpahnya stok beras juga dihasilkan dari pemanfaatan varietas unggul padi, intensifikasi, serta ekstensifikasi. "Semua itu memberikan sebuah hasil peningkatan produksi yang kita lihat sekarang ini," kata Jokowi.
Selain beras, Jokowi menyebut pihaknya juga sedang mendorong peningkatan produksi komoditas sorgum hingga jagung. Ia menyebut peningkatan kapasitas produksi berhasil membuat angka impor jagung menurun menjadi 800 ribu ton, dibandingkan tujuh tahun lalu yang mencapai 3,5 juta ton.
"Insya Allah kita tak impor lagi dalam 2-3 tahun mendatang, seperti beras yang sudah 3 tahun tidak impor," kata Jokowi.
M JULNIS FIRMANSYAH | KHORY ALFARIZI
Baca Juga: IRRI Buka Kantor di Bogor
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.