TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua, meminta maskapai penerbangan Garuda Indonesia menambah jadwal penerbangan ke Bandara Frans Kaisiepo Biak. Permintaan ini untuk mendukung ekspor perikanan ke luar negeri.
"Kami sudah sampaikan permintaan ke Garuda dan sudah diberikan informasi jadwal penerbangan ke Biak akan ditambah dari satu kali seminggu menjadi dua kali seminggu," kata Bupati Biak Herry Ario Naap di Biak seperti dikutip Antara pada Ahad, 28 Agustus 2022.
Ia menjelaskan ekspor perikanan Biak sudah berjalan. Saat ini, ekspor dilakukan melalui PT Indo Numfor Pasifik ke Singapura menggunakan jasa angkutan udara Garuda Indonesia.
Jika frekuensi penerbangan Garuda Indonesia bertambah, Herry menuturkan volume ekspor perikanan dari investor ke negara tujuan ekspor bisa lebih meningkat. "Potensi perikanan di perairan Biak sangat menjanjikan terutama jenis ikan tuna," ujarnya.
Dari produksi perikanan Biak, menurut Bupati Herry, diperkirakan potensi bisa sektor itu mencapai 600 ribu-800 ton per tahun. Potensi itu juga digadang-gadang mampu mendatangkan devisa negara hingga Rp 17,5 triliun.
"Potensi perikanan Biak terus kita optimalkan terutama melalui kehadiran investor PT Indo Numfor Pasifik, PT Famindo Bahari dan CV Galelia," ujarnya.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan jumlah pesawat milik Garuda Indonesia menyusut selama pandemi Covid-19. Kartika alias Tiko menuturkan saat ini pesawat Garuda tinggal 60 unit.
“Kita akan dorong di akhir tahun bisa 120 pesawat seluruhnya operasional. Masih banyak pesawa belum operasional karena isu-isu maintenance dan reparasi di masa lalu,” ujar Tiko di Menara BNI, Jakarta Pusat, pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Penambahan pesawaat Garuda ini direncanakan setelah maskapai berhasil merestrukturisasi perusahaan melalui penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Garuda juga akan memperoleh penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun dari pemerintah.
Adapun sebelum pandemi Covid-19, jumlah pesawat Garuda tercatat sebanyak 142 unit. Kemudian menyusut separuhnya saat pagebluk dan pada Juni lalu tinggal 33 unit.
Menurut Tiko, sektor penerbangan adalah industri yang paling terdampak signifikan pandemi Covid-19. Selama pagebluk, maskapai mengandangkan pesawatnya lantaran pergerakan penumpang merosot drastis dan sebagian armada pun ditarik oleh lessor.
Setelah kasus virus corona mereda, pergerakan penumpang mulai pulih, bahkan meningkat tajam. Masalahnya, jumlah pesawat yang dioperasikan maskapai belum kembali normal seperti sedia kala sehingga terjadi kelangkaan armada di sektor penerbangan. Kondisi ini membuat harga tiket pesawat mahal.
Karena itu, Kementerian BUMN mendorong tumbunya sisi penawaran dengan penambahan kapasitas pesawat. Dengan dukungan dari Kementerian Perhubungan, Tiko berujar, Garuda secara bertahap akan memperkuat penawaran sehingga permintaannya meningkat lagi.
ANTARA | MOH. KHORY ALFARIZI
Baca juga: Kementerian BUMN Targetkan Garuda Tambah Pesawat Jadi 120 Unit di Akhir Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini