TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan kondisi jumlah pesawat milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang menyusut setelah pandemi Covid-19. Kartika alias Tiko menuturkan saat ini pesawat Garuda tinggal 60 unit.
“Kita akan dorong di akhir tahun bisa 120 pesawat seluruhnya operasional. Masih banyak pesawa belum operasional karena isu-isu maintenance dan reparasi di masa lalu,” ujar Tiko di Menara BNI, Jakarta Pusat, pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Penambahan pesawaat Garuda ini direncanakan setelah maskapai berhasil merestrukturisasi perusahaan melalui penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Garuda juga akan memperoleh penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun dari pemerintah.
Adapun sebelum pandemi Covid-19, jumlah pesawat Garuda tercatat sebanyak 142 unit. Kemudian menyusut separuhnya saat pagebluk dan pada Juni lalu tinggal 33 unit.
Menurut Tiko, sektor penerbangan adalah industri yang paling terdampak signifikan pandemi Covid-19. Selama pagebluk, maskapai mengandangkan pesawatnya lantaran pergerakan penumpang merosot drastis dan sebagian armada pun ditarik oleh lessor.
Setelah kasus virus corona mereda, pergerakan penumpang mulai pulih, bahkan meningkat tajam. Masalahnya, jumlah pesawat yang dioperasikan maskapai belum kembali normal seperti sedia kala sehingga terjadi kelangkaan armada di sektor penerbangan. Kondisi ini membuat harga tiket pesawat mahal.
Karena itu, Kementerian BUMN mendorong tumbunya sisi penawaran dengan penambahan kapasitas pesawat. Dengan dukungan dari Kementerian Perhubungan, Tiko berujar, Garuda secara bertahap akan memperkuat penawaran sehingga permintaannya meningkat lagi.
“Ini bisa benar-benar kita penuhi khususnya menuju sesi di akhir tahun,” tutur dia.
Ia yakin perseroan akan melalui masa pemulihan dengan cepat, apalagi manajemen telah bekerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI untuk menyediakan harga tiket pesawat murah di jam dah hari tertentu. Menurut dia, melalui program co-branding dengan kredit card maupun debit card BNI, masyarakat bisa mengakses harga tiket di jam-jam tertentu yang lebih murah serta pelayanan yang baik.
Pemerintah pun, kata Tiko, mendukung karena ingin sektor pariwisata dan turunannya segera bangkit. “Jadi kita sangat bersyukur dengan launching (kerja sama dengan BNI) hari ini dan kita berharap juga ini benar-benar dirasakan seluruh masyarakat dampaknya,” tutur dia.
Kartika juga berharap program maskapai dengan BNI benar-benar memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan tiket-tiket pesawat yang murah pada saat yang tepat. Selain itu, industri penerbangan bisa kembali pulih mencapai kapasitas nomal dan kembali menjadi tulang punggung dari konektivitas.
“Bisa memberikan pelayanan bagi msayarakat dengan biaya yang tepat dan efisien ke depan,” kata dia.
Program Terbang Hemat Bersama Kartu BNI merupakan program kerja sama antara BNI dengan Garuda Indonesia dan Lion Air Group. Program itu memberikan penawaran-penawaran dalam bentuk diskon, cash back, dan cicilan 0 persen, serta tambahan menggunakan BNI Reward point dengan menggunkan kartu kredit dan debet. Selain itu, konsumen dapat menikmati berbagai penawaran eksklusif dari BNI.
Baca Juga: Harga Tiket Penerbangan Mahal, Erick Thohir Singgung Jumlah Pesawat Garuda yang Tinggal 36 Unit
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.