TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjawab persoalan harga tiket pesawat mahal. Masalah ini tak terlepas dari kondisi kelangkaan pesawat yang dimiliki oleh maskapai nasional pasca-pandemi Covid-19.
Erick membeberkan saat ini, jumlah pesawat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. sebagai maskapai pelat merah turun hampir lima kali lipat dari masa kejayaannya. Jumlah armada itu tak sebanding dengan permintaan dari sisi penumpang.
"Pesawat Garuda sekarang yang terbang sekarang baru 36 (unit). Citilink baru 38 (unit)," ujar Erick Thohir dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.
Menyusutnya jumlah armada Garuda Indonesia terjadi lantaran sejak pandemi Covid-19, para lessor menarik sewa pesawat dari maskapai pelat merah tersebut. Pada saat yang sama, entitas berkode emiten GIAA itu sedang menempuh penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) untuk merestrukturisasi perusahaan.
Padahal semasa era kejayaannya sebelum pandemi Covid-19, Erick mengatakan jumlah pesawat Garuda masih 170 unit. Ia menuturkan setelah Garuda lolos PKPU di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Juli lalu, perseroan sedang terus berproses untuk meningkatkan jumlah pesawatnya.
"Potensi sehabis restrukturisasi, lalu ada perbaikan dari PMN (penyertaan modal negara) dan nego lain, di akhir tahun Garuda bisa naikkan jumlah pesawat menjadi 61 unit dan Citilink 58 unit. Cukup tidak? Karena masa kejayaan Garuda punya 170 pesawat," ucap Erick.
Dengan bertambahnya jumlah pesawat, ia berharap masalah-masalah yang berkaitan dengan harga tiket akan teratasi. Selain menambah armada, ia menyebut Garuda tengah bekerja sama dengan BNI untuk menawarkan harga tiket terjangkau bagi penumpang.
Baca juga: PDIP Sentil Zulkifli Hasan soal Harga Telur hingga Kader PAN di Proyek Kemendag
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.