TEMPO.CO, Mataram-Keahlian Khadafi menjadi pengrajin cukli (kerajinan ukiran kayu dengan tempelan kulit kerang) tak luntur meski pria 54 tahun ini terkungkung di balik jeruji besi. Kegiatan cukli menjadi bagian dari pembinaan UMKM.
Di dalam Lapas Kelas II A Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) ia tetap bisa membuat berbagai cukli seperti mebel, topeng, podium khas Lombok di bawah bimbingan petugas kegiatan kerja.
Kepala Lapas Kelas II A Mataram Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan ada sekitar belasan warga binaan yang mengikuti kegiatan kerja cukli. Mereka telah menghasilkan kerajinan olahan kayu mahoni dan dijual ke luar penjara. Kegiatan yang menghasilkan uang itu bagian dari pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Lapas.
"Cukli topeng buatan warga binaan di Galeri Ditjenpas di Jakarta tembus ke mancanegara, dibeli melalui aplikasi Jepang," kata Akbar.
Menurut Akbar kegiatan kerja kerajinan cukli yang menghasilkan uang itu bagian dari pembinaan UMKM dalam Lapas. Usaha ini dikembangkan Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Kantor Wilayah NTB. Bahkan mereka pun didaftarkan sebagai pemegang perseroan PT perseorangan.
Saat Tempo mengunjungi Lapas Mataram pada Sabtu 20 Agustus 2022, Khadafi dan sejumlah warga binaan sedang berada di bengkel kerja di bagian sayap kanan bagian dalam Lapas yang berlokasi di Kuripan Lombok Barat.
Terlihat Khadafi dengan cekatan menempel potongan kulit kerang pada meja. Sebelumnya papan bagian atas meja kayu itu sudah dicungkil membentuk pola dengan motif segitiga dan lingkaran. Berikutnya setelah seluruh kerang tertempel mebel atau cukli seperti topeng, lemari dan produk kerajinan lainnya diamplas, dipelitur dan dicat hitam. Terlihat pancaran putih kerang bercahaya pada kerajinan cukli yang telah paripurna dikerjakan.
"Dari dalam (-penjara) saya bisa kirim uang kepada keluarga di luar," kata Khadafi seraya menyebutkan sudah 20 orang kawannya mengikuti jejaknya kini telah bebas dan menjadi pengrajin cukli.
Cukli mebel atau dikenal dengan mebel hitam khas Lombok buatan narapidana juga telah merambah ke berbagai kota di Indonesia. Harganya dari puluhan, ratusan ribu hingga belasan juta rupiah.
"Kami menerima pesanan dari Kementrian Hukum dan HAM, perkantoran di NTB, perseorangan dari berbagai kota juga banyak pesan. Untuk harga jauh lebih murah dari pasaran. Tapi dijamin kualitas tak kalah dengan cukli buatan pengrajin di luar Lapas," kata Akbar.