TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membantah anggapan perdagangan Indonesia dikontrol oleh Cina.
"Saya dulu dibully dibilang Cina Cina Cina, oke tapi kalian bisa lihat tidak ada itu Cina Cina, kalau masih ada dia taruh duit, ya sama saja lah dengan Freeport," ujarnya saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin, Makassar, seperti dikutip pada Jumat, 19 Agustus 2022.
Menurutnya, kehadiran investor asing di Indonesia bukan menjadi persoalan jika dapat memberi nilai tambah bagi Indonesia. Ia membandingkan investor Cina di Indonesia dengan PT Freeport di Papua.
"Sedangkan setelah 55 tahun apa nilai tambah yang kita dapat dari sana (PT Freeport)? Dia korek-korek, dia ekspor. Kita nggak tahu isinya apa," kata dia.
Jika Indonesia dikontrol Cina, kata dia, maka arus perdagangan pun akan dikendalikan negara pimpinan Xi Jinping tersebut. Namun nyatanya, kata dia, hubungan perdagangan Indonesia dengan Cina justru surplus US$ 500 miliar sampai US$ juta hingga diberi anti-dumping sebesar 20 persen. Padahal dulu pada tahun 2015, Indonesia mengalami defisit pada Cina sebesar US$ 27 miliar.
Transpiration cost pun, ujarnya, dari Indonesia ke Cina bisa mencapai US$ 15-20. Sedangkan di Indonesia ia memperkirakan pengeluaran antar pulau hanya sekitar 1-2 dolar.
"Siapa yang bisa lawan kita?" kata Luhut.
Menurutnya, pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat melesat jika pemerintah mempermudah perizinan. Asalkan, ada nilai tambah yang ditawarkan oleh investor asing tersebut. Di sisi lain, ia juga berharap agar pendidikan semakin bagus sehingga sumber daya manusia Indonesia kompetitif.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini