TEMPO.CO, Jakarta - Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tingginya angka inflasi Indonesia disebabkan oleh kenaikan harga kelompok makanan, khususnya harga cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit. Padahal, kata dia, inflasi pokok Indonesia hanya 2,84 persen.
"Kita ini kampungan juga sebenernya. Kenapa jadi inflasi jadi 4,94 ya itu karena harga bawang merah, cabai rawit, cabai merah, itu yang mempengaruhi inflasi kita ini," kata Luhut di Universitas Hasanuddin, Makassar, seperti dikutip dalam video YouTube pada Jumat, 19 Agustus 2022.
Karena itu, ia telah berbicara pada Presiden Joko Widodo atau Jokowi terkait arahan seluruh desa menanam cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Supaya inflasi, tuturnya, bisa dikendalikan sekitar empat persen.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menuturkan pengendalian inflasi oleh pemerintah akan difokuskan pada pangan dan energi. Menurutnya situasi ini perlu disikapi dengan rencana matang.
"Kita harus attack ini atau ini, seperti perang saja. Mana musuh kita yang paling penting, ada dua, yaitu energi dan makanan," kata dia.
Luhut meyakini angka inflasi Indonesia masih bagus dibandingkan negara-negara lain. Ia membandingkan level inflasi Indonesia dengan Amerika dan Turki yang mencapai dua digit. Menurutnya, perekonomian Indonesia masih lebih bagus dari masyarakat harus bangga.
"Kita kadang-kadang ada yang enggak bangga sama negara ini. Kalau ada yang tidak suka pemerintah ya gapapa kan 2024 ini selesai," ucapnya.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai inflasi bahan makanan atau volatile food Indonesia cukup menghawatirkan. Dia menuturkan inflasi bahan makanan sampai Juli 2022 secara year on year (yoy) menembus 11 persen.
Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi umum yang hampir mencapai 5 persen. "Jadi ini harus sangat diperhatikan," ujarnya kepada Tempo, Ahad, 14 Agustus 2022.
Presiden Jokowi juga telah memerintahkan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk menerbitkan aturan penggunaan anggaran tak terduga di daerah untuk mengendalikan inflasi. Ia meminta agar pos anggaran itu dipakai untuk menutup biaya transportasi distribusi pangan.
Jokowi mengungkapkan meski lebih rendah ketimbang negara lain, angka ini sudah melebihi batas atas sasaran, yaitu 3 persen plus minus 1 persen. Salah satu penyebabnya adalah inflasi volatile food yang mencapai 11,47 persen dari seharusnya maksimal 6 persen.
RIANI SANUSI PUTRI | FAJAR PEBRIANTO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini