TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menanggapi pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mengatakan 52 persen investasi berada di luar Pulau Jawa. Menurut dia, seharusnya Jokowi tidak berbangga hati dan cepat puas, karena di awal pidatonya jelas mengatakan situasi ekonomi global yang tidak menentu.
“Itu semata-mata karena kita masih mengandalkan grooming harga komoditas. Dan itu tidak hanya menyumbang pada pendapatan negara tapi juga menyumbang dari investasi langsung,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Selasa, 16 Agustus 2022.
Bhima menjelaskan, bila ditilik lebih jauh tentang 52 persen investasi yang disebut Jokowi berada di luar Jawa, terlihat investasi langsung sebenarnya ada di industri logam dasar dan pertambangan.
“Jadi ini sebenarnya pemulihannya tidak sehat. Kenapa? Sekarang kan dunia lagi diancam resesi ekonomi, harga komoditas yang tadinya diandalkan mulai mengalami koreksi,” kata Bhima.
Artinya, dia melanjutkan, puncak dari lonjakan harga komoditas bisa jadi sudah lewat dan kini tren harga komoditas sudah mulai menurun. Sementara beban subsidi energi masih cukup tinggi, kata Bhima, tantangan sebenarnya baru terjadi pada semeter kedua tahun ini.
“Indikator yang disebutkan Pak Jokowi, positif bisa berubah menjadi negatif,” tutur Bhima.
Jokowi sebelumnya juga mengatakan kepercayaan besar dari masyarakat internasional dirasakan di dalam negeri. Dia menjelaskan ekosistem investasi dan pertumbuhan UMKM terus diperbaiki. Hal itu membuat hilirisasi dan manufaktur di dalam negeri terus tumbuh pesat.
Bahkan pertumbuhan investasi juga meningkat tajam. Sebesar 52 persen pertumbuhan investasi berada di Luar Jawa. "Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia Sentris," kata Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR pada Selasa, 16 Agustus 2022.