Jepang juga dijadikan target investor untuk mendanai proyek jangka panjang tersebut. Ini karena Marina yang akan di bangun di sebelah barat Ancol itu akan dilalui MRT buatan Jepang. Dengan adanya MRT itu Jepang juga ingin membangun konsep pembangunan berbasis transit atau TOD.
"Investor kayaknya akan lebih banyak dari Australia, Timur Tengah, dan Jepang. ya moga-moga ini menjadi solusi karena kita butuh terobosan yang proyek skala besar yang mencukupi untuk nendang, mengatasi tumpukan utang segede Rp 1,4 triliun," kata Thomas.
Dengan demikian, Thomas mengungkapkan, model investasi untuk marina yang dijadikan sebagai pusat wisata bahari Jakarta itu adalah dengan modal ekuitas, khususnya penanaman modal asing (PMA) melalui kerja sama dengan investor internasional yang memang punya keahlian dalam mendanai dan mengelola kawasan rekreasi berbasis marina.
Tapi, dia memastikan investasi proyek itu tidak akan 100 persen dikerjakan asing, perusahaan-perusahaan dalam negeri juga akan dilibatkan, terutama yang memiliki fokus bisnis sebagai pengembang atau developer. Pengusahan-pengusaha dalam negeri diharapkannya juga mau terlibat aktif dalam pembangunan marina baru di Ancol.
"Menurut saya ini butuh waktu 5-10 tahun. mungkin konstruksinya bisa selesai dalam mungkin tahap pertama katakan 3 tahun, tapi ini kan bertahap, desain yang kita sudah pegang itu keseluruhannya tempat sandar untuk 470 kapal dari yang kecil sampai yang raksasa, super yacht," kata Thomas.
Baca: Bos Indofood Cerita Soal Sorgum untuk Gantikan Gandum dalam Produksi Mi Instan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.