TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi pembiayaan utang sampai akhir Juli 2022 mencapai Rp 236,9 triliun atau 25,1 persen dari pagu. Nilai itu turun 49,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Pembiayaan APBN tetap mengedepankan prinsip prudent, fleksibel, dan oportunistik," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Kamis, 11 Juli 2022.
Realisasi tersebut berasal dari Surat Berharga Negara (Neto) sebesar Rp 223,9 triliun dan Pinjaman (Neto) sebesar Rp 13,0 triliun. Dia mengatakan pemerintah tetap mengutamakan penerbitan SBN domestik, antara lain melalui penerbitan SBN Ritel sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi investor domestik.
Di tahun 2022, pemerintah melanjutkan implementasi Surat Keputusan Bersama atau SKB I dan III, sekaligus sebagai tahun terakhir pelaksanaan SKB. SKB I di mana BI sebagai standby buyer telah tercapai Rp 35,94 triliun, sementara realisasi SKB III yang diterbitkan pada bulan Juli mencapai Rp 21,87 triliun.
Menurutnya, dalam menghadapi peningkatan risiko global, pemerintah telah melakukan beberapa penyesuaian strategi pembiayaan melalui utang di tahun 2022.
Strategi itu antara lain, optimalisasi SBN domestik melalui SKB III sepanjang semester II disesuaikan dengan realisasi belanja PEN, penyesuaian target lelang SBN, penyesuaian target SBN valas mempertimbangkan kondisi kas Pemerintah dan dinamika pasar keuangan, upsizing SBN Ritel yang juga sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi investor domestik.
"Dan penarikan pinjaman program yang fleksibel disesuaikan dengan kondisi pemenuhan pembiayaan pemerintah," ujar Sri Mulyani.
Adapun dia mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara surplus Rp 106,1 triliun pada Juli 2022. Di mana pendapatan negara Rp 1.551 triliun dan belanja negara Rp 1.444,8 triliun.
"Coba kita lihat tahun lalu pada bulan Juli kita sudah defisit Rp 336,7 triliun. Jadi kalau tahun lalu posisi Juli kita sudah defisit Rp 336 sekarang masih suruh Rp 106 triliun, itu pembalikan lebih dari Rp 340 triliun lebih hanya dalam waktu 12 bulan," kata Sri Mulyani.
Baca: Sri Mulyani Kembali Minta Pertamina Kendalikan Penjualan BBM Bersubsidi: Supaya APBN Tak Terpukul
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.