Selain itu, kata Amin, ada kejanggalan dari sisi bisnis, operasional kereta cepat Jakarta-Bandung ini sulit untuk balik modal. Pasalnya, dengan menghitung besarnya biaya pembangunan yang membengkak menjadi US$ 7,9 miliar dari semula hanya US$ 5,13 miliar, secara hitungan bisnis sangat sukar untuk bisa kembali modal.
Situasi ini, menurut dia, mirip dengan apa yang dialami sejumlah negara yang menggunakan pendanaan dari Cina untuk pembangunan infrastruktur seperti Srilanka dan Pakistan.
Adapun Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo sebelumnya mengatakan pemerintah yakin proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) bisa beroperasi pada 2023.
"Kami yakin kereta cepat segera bisa beroperasi, mudah-mudahan di tahun depan," kata Wahyu pada akhir Juli 2022.
Kemenko Perekonomian dan Kemenko Bidang Maritim dan Investasi, menurut dia, terus mengawasi proyek KCJB dengan ketat. Sebab, proyek tersebut menjadi salah satu tujuan dari kunjungan Presiden Cina Xi Jinping saat KTT G20 di Indonesia pada November 2022.
ANTARA
Baca: Susi Pudjiastuti Kritik Sandiaga Soal Kenaikan Harga Tiket Pulau Komodo: Why Again?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.