INFO BISNIS – Menyadari urgensi perubahan iklim yang kian menjadi perhatian bersama, penerapan prinsip ESG atau Environmental (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (tata kelola perusahaan) terus didorong oleh seluruh perusahaan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI turut berkomitmen menerapkan keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Meningkatkanya kesadaran masyarakat dan investor terhadap perubahan iklim, terlihat pada laporan Swiss Re Institute 2021, bahwa pada 2050 ekonomi global diprediksi dapat tergerus sebesar 18 persen jika negara-negara terus menggenjot pertumbuhan tanpa memperhatikan perubahan iklim. Bahkan, secara khusus, ekonomi Asia Tenggara dapat terancam anjlok 37,4 persen.
Analis pasar modal, Hans Kwee, menyatakan bahwa bank yang bergerak di sektor jasa keuangan, memiliki kesempatan menyalurkan pembiayaan berkelanjutan. “Infrastruktur energi berkelanjutan yang belum optimal ini sebenernya ada potensi kredit dan membutuhkan dana dari bank,” katanya.
Menurutnya, portofolio pembiayaan berkelanjutan akan menjadi sentimen positif bagi emiten perbankan. Investor saat ini, khususnya global, terlihat mulai mengkhawatirkan untuk menempatkan uangnya di perusahaan yang memiliki banyak eksposur ke proyek tidak ramah lingkungan.
Sementara itu, BRI sendiri terus menunjukkan komitmennya terhadap pembiayaan berkelanjutan. Per Maret 2022, BRI telah menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha berkelanjutan (ESG) hingga Rp639 triliun atau 65 persen dari total kredit. Selain itu, perseroan juga membiayai sejumlah proyek berwawasan lingkungan dengan total nilai Rp71,5 triliun.
Belum lama ini BRI juga menawarkan green bond senilai Rp5 triliun. Obligasi berwawasan lingkungan ini bahkan mengalami kelebihan pesanan atau oversubscribed hingga 4,4 kali dengan rincian investor domestik mencapai Rp21,84 triliun dan investor luar negeri Rp1,12 triliun.
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan bahwa perseroan sangat mungkin membuka peluang untuk kembali menerbitkan instrumen yang berbasis Green Economy atau ESG. “Ini menunjukkan antusiasme masyarakat dan investor untuk membeli instrumen-instrumen yang didasarkan pada aspirasi BRI dalam merealisasikan Green Economy. BRI akan terus memperkuat implementasi ESG dari sisi pendanaan yang disebut ESG Fund atau ESG Liabilities,” kata dia.
Terpisah, Kepala Riset Samuel Sekuritas, Suria Darma, juga mengatakan bahwa penerbitan green bond akan menjadi tren seiring dengan kebutuhan dana jumbo untuk proyek berkelanjutan.
“Prospeknya besar, karena ke depan pendanaan yang terkait dengan lingkungan atau ESG semakin diminati khususnya oleh investor-investor yang mementingkan pendanaan atau investasi yang mereka lakukan juga terkait dengan ESG,” katanya.
Sesuai dengan visi pemerintah untuk mencapai netral karbon pada 2060, di sektor keuangan BRI pun turut berupaya mewujudkan sustainable finance atau pembiayaan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit kepada industri ramah lingkungan. (*)