Namun Arwani juga mengungkapkan kesulitan memakai mobil listrik, salah satunya titik pengisian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang masih jarang dan jauh apabila melakukan perjalanan antarkota atau provinsi.
“Di dalam kota no problem dengan jarak tempuhnya. Tetapi begitu ke luar kota kami masih ada kekhawatiran dengan charging, misalnya kita pakai aplikasi untuk menentukan SPKLU di mana saja, begitu sampai di sana alat rusak sementara mobil sudah kondisi perlu ditambah baterai,” terangnya.
Ia menyarankan agar SPKLU untuk antarkota paling jauh berjarak 200 km atau lebih baik 150 km. Artinya, dengan jarak tempuh tersebut pengguna mobil listrik bisa mengantisipasi alat rusak atau antrean. Namun ia mengatakan kekhawatiran ini akan teratasi seiring waktu, apalagi ketika PLN semakin gencar menambah SKPLU ditambah dengan swasta yang mulai melirik.
Harga mobil listrik yang masih mahal juga disayangkan para pengguna komunitas. Arwani mengatakan divisi advokasi KOLEKSI juga meminta agar pemerintah menurunkan harga pasaran mobil listrik di Indonesia. Menurutnya, rentang Rp170-200 juta sudah cukup agar masyarakat berpikir untuk membeli mobil listrik.
“Tapi faktanya dijual dengan harga Rp250-300 juta. Itu membuat populasi mobil listrik kurang banyak dan perkembangan ekosistemnya kurang cepat,” katanya.
Hingga Juni 2022 PLN telah mengoperasikan 139 SPKLU yang tersebar di seluruh Indonesia. PLN juga berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti pelaku industri hingga kalangan perbankan untuk mempercepat terbentuknya ekosistem kendaraan listrik.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan saat ini Indonesia masih bergantung pada impor bahan bakar minyak (BBM) yang membebani keuangan negara. Sementara sektor transportasi yang didominasi dengan penggunaan kendaraan BBM merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, Darmawan mengajak masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik dengan energi domestik yang murah dan ramah lingkungan.
"Mobil dan motor listrik ini emisinya rendah, biaya bahan bakarnya pun murah hanya seperempat dari kendaraan BBM. Ini solusi ketahanan energi, solusi hemat devisa, solusi bagi lingkungan kita dan solusi pertumbuhan ekonomi kita," katanya.